TRIBUNNEWS.COM - Jadi satu-satunya surat kabar di Israel yang tidak mengikuti narasi dari pemerintah, Haaretz diboikot oleh Israel.
Dikutip dari Al Jazeera dan Middle East Eye, Israel menjatuhkan sanksi kepada surat kabar Haaretz, yang dikenal sebagai salah satu media independen terakhir di negara tersebut.
Israel telah menyetujui resolusi untuk memutuskan hubungan dengan kantor berita Israel Haaretz, pada Minggu (25/11/2024)
Pemerintah Perdana Menteri (PM), Benjamin Netanyahu juga melarang lembaga pendanaan pemerintah berkomunikasi atau memasang iklan di Haaretz.
Keputusan ini dicapai setelah penerbit Haaretz, Amos Schocken, membuat pernyataan yang dianggap merugikan legitimasi Israel dan mendukung terorisme.
Hal ini didorong oleh artikel-artikel yang dianggap melukai hak Israel untuk membela diri.
Keputusan ini dianggap sebagai serangan terhadap kebebasan pers dan demokrasi di Israel.
Haaretz menanggapi situasi ini dengan menyebutnya sebagai bagian dari upaya Netanyahu untuk membongkar demokrasi Israel, mirip dengan tindakan pemimpin otoriter di negara lain.
Bisa dikatakan, sanksi terhadap Haaretz menunjukkan ketegangan antara pemerintah Israel dan media independen.
Kekhawatiran tentang masa depan kebebasan pers di Israel dan dampaknya terhadap demokrasi pun makin meningkat.
Pemerintah Israel berusaha membatasi kritik, sementara Haaretz bertekad untuk tetap menjadi suara yang kritis dan independen.
Baca juga: Rabi Israel, Tzvi Kogan Ditemukan Tewas di UEA, Diduga Korban Teror Antisemit
Dalam pernyataannya, Haaretz menekankan bahwa mereka tidak akan berubah menjadi "pamflet pemerintah" dan akan terus menyuarakan kebenaran, meskipun menghadapi tekanan.
Kolumnis Haaretz, Gideon Levy, juga menyatakan bahwa sanksi ini mengirimkan pesan buruk secara politik dan moral.
Banyak kalangan di Israel menganggap Haaretz sebagai satu-satunya surat kabar yang tidak mengikuti narasi pemerintah, terutama dalam konteks konflik yang sedang berlangsung.
Mereka menilai bahwa media lain lebih cenderung mendukung posisi pemerintah.
Al Jazeera Diboikot Israel
Dikutip dari CNN, bulan Mei kemarin, Israel menutup biro Al Jazeera di wilayahnya setelah pemerintahan Netanyahu mencap media berbasis di Qatar itu sebagai 'penghasut'.
Al Jazeera gencar memberitakan agresi brutal Israel ke Jalur Gaza sejak Oktober 2023 lalu.
Rekaman yang bereda di media sosial memperlihatkan aparat Israel berpakaian preman merebut kamera dan peralatan elektronik lainnya di kantor biro Al Jazeera di Yerusalem Timur.
Penggerebekan ini berlangsung beberapa jam setelah Netanyahu menyatakan di media sosial X bahwa Israel dengan "suara bulat memutuskan saluran penghasut Al Jazeera akan ditutup".
Ringkasan perkembangan terkini
- Hizbullah meluncurkan lebih dari 340 pesawat tak berawak dan roket ke Israel, melukai sedikitnya 11 orang, termasuk satu orang yang berada dalam kondisi serius, dalam salah satu serangan terbesar dalam perang tersebut.
- Pasukan Israel terus menggempur ibu kota Lebanon, menyebabkan "kerusakan besar-besaran" di pinggiran selatan Beirut.
Militer Israel mengatakan telah menyerang 12 lokasi Hezbollah di Dahiyeh, termasuk markas intelijen kelompok itu dan unit rudal pesisir. - Di Lebanon selatan, militer Israel menghadapi “perlawanan sengit” dari pejuang Hizbullah.
Pasukan Israel terpaksa mundur dari posisi puncak bukit yang strategis di daerah al-Bayyaada. - Militer Lebanon mengatakan serangan Israel terhadap pangkalan di kota al-Amiriya di selatan menewaskan seorang tentaranya dan melukai banyak lainnya, meskipun tentara tidak berpartisipasi dalam perang.
- Di Gaza, pasukan Israel melancarkan serangan baru terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan yang terkepung sehari setelah menewaskan dua orang dan melukai lebih dari selusin staf medis, termasuk direktur fasilitas tersebut.
- Netanyahu mengatakan Israel akan mengambil semua langkah untuk meminta pertanggungjawaban para pembunuh seorang rabi Israel di Uni Emirat Arab (UEA) dan "orang-orang yang mengirim mereka".
Iran membantah terlibat.