TRIBUNNEWS.COM - Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr mengeluarkan pernyataan tegas mengenai ancaman yang diarahkan kepadanya oleh Wakil Presiden Sara Duterte.
Pada hari Senin (25/11/2024), Marcos menyebut rencana pembunuhan terhadapnya sebagai "rencana kriminal" dan menegaskan bahwa hal tersebut tidak dapat diabaikan.
Dalam sebuah konferensi pers daring, Duterte dengan tegas menyatakan, "Ini bukan lelucon."
Beberapa hari setelah Sara Duterte mengumumkan bahwa ia telah meminta seseorang untuk membunuh Presiden Marcos Jr jika ia sendiri terbunuh, situasi politik di Filipina menjadi semakin tegang.
Dikutip dari ABC News dan Al Jazeera, Marcos Jr mengakui bahwa pernyataan yang dibuat oleh Duterte sangat meresahkan.
"Ada penggunaan kata-kata kasar dan ancaman untuk membunuh sebagian dari kami secara sembrono," katanya.
Di samping itu, ia menekankan perlunya menegakkan supremasi hukum dalam sebuah negara demokrasi.
Dewan Keamanan Nasional Filipina segera menganggap ancaman tersebut sebagai masalah keamanan nasional.
Langkah-langkah pengamanan untuk Presiden Marcos Jr telah ditingkatkan.
Wakil Menteri Kehakiman Jesse Andres menyatakan bahwa Duterte akan dipanggil untuk menjalani penyelidikan.
Andres menyebutnya sebagai otak dari rencana yang direncanakan untuk membunuh presiden.
Kondisi hukum di Filipina menyatakan bahwa pernyataan publik seperti ini dapat dikenakan hukuman penjara dan denda.
Ini merupakan tindak pidana berupa ancaman untuk menyakiti seseorang atau keluarganya.
Baca juga: Sosok Sara Duterte, Wapres Filipina yang Sewa Pembunuh untuk Habisi Nyawa Presiden Ferdinand Marcos
Apa Tanggapan Sara Duterte?
Sara Duterte, yang merupakan putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, mengeluarkan klarifikasi atas komentarnya.
Dia menyebut bahwa pernyataannya seharusnya tidak dianggap sebagai ancaman nyata.
Namun, ketegangan di antara keduanya semakin meningkat.
Sara sebelumnya juga menyatakan kepada wartawan bahwa ia menganggap hubungan dengan Marcos Jr telah menjadi sangat beracun.
Ia bahkan mengaku telah memikirkan untuk melakukan tindakan ekstrem terhadap presiden.
Pertikaian antara Marcos dan keluarga Duterte telah berlangsung sejak keduanya berkolaborasi sebagai pasangan dalam pemilihan umum 2022.
Mereka terpilih dengan suara telak, tetapi perbedaan mendasar dalam pendekatan politik, termasuk dalam hal kebijakan luar negeri terhadap Tiongkok, membuat aliansi mereka terancam.
Duterte bahkan mengundurkan diri dari kabinet Marcos pada bulan Juni sebagai Menteri Pendidikan.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan ini, ketua DPR, Martin Romualdez, yang juga merupakan sepupu Marcos Jr, menuduh Sara Duterte mencoba mengalihkan perhatian dari dugaan penyalahgunaan dana publik yang sedang diselidiki oleh Kongres.
Beberapa legislator mendukung Romualdez dan mengecam pernyataan Duterte.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)