Tim penilaian lapangan pemerintah melaporkan bahwa 81 persen dari 135.000 tenda pengungsi tidak dapat digunakan lagi.
"Dari 135.000 tenda, 110.000 tenda sudah benar-benar usang dan sangat perlu diganti," kata mereka.
Banyak lokasi tenda terletak dekat pantai dan tidak dirancang untuk menghadapi kondisi cuaca buruk.
"Gelombang pasang telah merusak banyak tenda, membuat warga kehilangan harapan dan tidak memiliki pakaian kering untuk melindungi diri," kata Hani Mahmoud, reporter Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah.
Situasi ini menambah kekhawatiran bagi Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), yang memperingatkan bahwa setengah juta orang berada dalam risiko di seluruh wilayah yang dilanda banjir.
Pada saat yang sama, serangan Israel di Gaza meningkat.
Petugas medis melaporkan bahwa serangan udara di Rafah menewaskan sedikitnya empat orang, sementara serangan tank di Beit Hanoon, Beit Lahiya, dan Jabalia juga mengakibatkan banyak korban.
Di Jabalia, dua serangan udara menewaskan tujuh orang Palestina.
Warga Gaza juga melaporkan bahwa pesawat Israel menjatuhkan selebaran di Beit Lahiya yang memperingatkan penduduk untuk meninggalkan kota utara ke selatan, dengan ancaman serangan lebih lanjut.
Dalam konteks ini, banyak yang beranggapan bahwa Israel berusaha mengosongkan wilayah tersebut untuk menciptakan zona penyangga.
Perang yang berkepanjangan ini, telah merenggut nyawa setidaknya 44.235 warga Palestina dan melukai lebih dari 104.638 orang sejak 7 Oktober 2023.
Di sisi Israel, sekitar 1.139 orang tewas, dengan lebih dari 200 lainnya ditawan selama serangan yang dipimpin Hamas.
Butuh Dukungan Internasional
Kondisi yang dihadapi oleh warga Palestina di Gaza saat ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan internasional.
Dengan ancaman cuaca buruk dan konflik yang terus berlanjut, bantuan dan perhatian global sangat dibutuhkan untuk mengurangi penderitaan mereka yang terjebak dalam situasi yang semakin sulit ini.
Banjir bukan hanya menjadi tantangan alam, tetapi juga mencerminkan betapa kompleksnya krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)