TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Warga Yaman yang baru tiba di Rusia mengatakan kepada Financial Times bahwa mereka dijanjikan pekerjaan bergaji tinggi dan kewarganegaraan Rusia.
Mereka jadi tentara bayaran membela Rusia dan dikirim ke garis depan pertempuran dengan Ukraina.
Financial Times pada Senin (24/11/2024) melaporkan bahwa angkatan bersenjata Rusia telah merekrut ratusan pria Yaman untuk berperang di Ukraina.
Ini sekaligus menyoroti meningkatnya hubungan antara Rusia dan kelompok bersenjata Houthi (didukung oleh Iran) di Yaman.
Kontrak perekrutan warga Yaman yang diperoleh Financial Times terkait dengan perusahaan yang didirikan oleh politisi Houthi Abdulwali Abdo Hassan al-Jabri.
Baca juga: FT: Rusia Rekrut Ratusan Tentara yang Berasal dari Pejuang Houthi Yaman untuk Bertempur di Ukraina
Perusahaan Al-Jabri resmi terdaftar sebagai operator pariwisata dan pemasok peralatan medis.
Media asal Inggris ini klaim berbicara dengan salah satu rekrutan tersebut, yang merupakan salah satu dari sekitar 200 warga Yaman yang bergabung dengan tentara Rusia pada bulan September lalu.
Dia sebelumnya telah dibujuk ke Rusia dengan janji pekerjaan bergaji tinggi di bidang “keamanan” dan “rekayasa”.
Setelah menghabiskan berminggu-minggu di garis depan, tentara bayaran tersebut melarikan diri bersama empat pendatang baru asal Yaman dan bersembunyi di hutan di wilayah yang dikuasai Ukraina.
Dia ingat salah satu anggota kelompok itu mencoba bunuh diri dan dibawa ke rumah sakit diduga karena stres.
Para ahli mengatakan tidak jelas seberapa dekat hubungan Rusia dengan Houthi.
Utusan khusus AS untuk Yaman Tim Lenderking mengkonfirmasi kepada Financial Times bahwa Rusia secara aktif menjalin hubungan dengan Houthi dan membahas transfer senjata, meskipun ia menolak menjelaskan lebih lanjut.
“Kami tahu bahwa ada personel Rusia di Sana'a [ibu kota Yaman] yang membantu memperdalam dialog ini,” kata Lenderking.
'“Senjata yang sedang dibahas sangat mengkhawatirkan, dan akan memungkinkan Houthi untuk menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan mungkin di luar Laut Merah dengan lebih baik.”
Maged Almadhaji, Kepala Pusat Studi Strategis Sana’a, sebuah kelompok penelitian yang berfokus pada Yaman, mengatakan Rusia juga tertarik pada “kelompok mana pun di Laut Merah atau Timur Tengah, yang memiliki sikap bermusuhan dengan Amerika”.
Dia mengatakan tentara bayaran ini diorganisir oleh Houthi sebagai bagian dari upaya membangun hubungan dengan Rusia.
Juru Bicara Ansar Allah (nama resmi gerakan Houthi) tidak menanggapi permintaan komentar dari Financial Times.
Mohammed al Bukhaiti - anggota aparat politik Ansar Allah - mengatakan kepada situs berita Meduza (Rusia) awal bulan ini bahwa mereka melakukan "kontak rutin" dengan kepemimpinan Rusia "untuk mengembangkan hubungan" politik dan militer.
Rusia menggunakan tentara bayaran untuk memperkuat pasukan di garis depan?
Newsweek melaporkan bahwa Rusia juga berupaya menambah pasukannya setelah lebih dari dua setengah tahun berperang.
Rusia terus memperoleh keuntungan di Ukraina timur, dan juga berusaha memukul mundur pasukan Kyiv di wilayah perbatasan Kursk, Rusia.
Namun, Moskow sangat bergantung pada apa yang disebut taktik "penggiling daging", sehingga menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan pasukan darat Rusia di medan perang Ukraina.
Menurut statistik Ukraina, jumlah tentara Rusia yang tewas dan terluka dalam konflik tersebut lebih dari 730.000 orang. Angka ini tidak dapat diverifikasi secara independen, dan perkiraan negara-negara Barat seringkali sedikit lebih rendah.
Menurut Newsweek, angkatan bersenjata Rusia menggunakan tentara bayaran untuk meningkatkan jumlah mereka di garis depan selama perang dengan Ukraina.
Dikenal sebagai perusahaan militer swasta, kelompok tentara bayaran Wagner Rusia mendeklarasikan kendali Moskow atas kota Bakhmut di Ukraina timur pada Mei 2023.
Awal tahun ini, CNN (AS) melaporkan bahwa sekitar 15.000 warga Nepal direkrut untuk bergabung dengan pasukan Rusia untuk melawan Ukraina; orang-orang Nepal ini terpikat oleh gaji yang bagus dan janji paspor Rusia.
Dalam sebuah pernyataan publik pada bulan Februari, Badan Intelijen Militer Ukraina (GUR) mengatakan bahwa Rusia telah merekrut warga Suriah menjadi tentaranya melalui agen perjalanan, menjanjikan paspor dan tunjangan lainnya.
Para pejuang dilatih di dekat kota Aleppo (Suriah) sebelum tiba di pangkalan udara Khmeimim di barat daya kota dan kemudian dibawa ke Rusia.
Beberapa hari kemudian, GUR mempublikasikan nama-nama orang yang dikatakan sebagai tentara bayaran Suriah yang berperang untuk Rusia.
Dan baru-baru ini, menurut informasi intelijen dari AS, Ukraina dan Korea Selatan, lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke wilayah Kursk Rusia.