China Geram, Kerahkan Jet Tempur Kuntit Pesawat Pengintai AS yang Terbang di Selat Taiwan
TRIBUNNEWS.COM - Militer China dilaporkan mengerahkan kekuatan angkatan laut dan udara mereka untuk melacak dan mengikuti pesawat pengintai Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) saat terbang di atas Selat Taiwan, Selasa (26/11/2024), dilansir CBS.
Hal itu dilakukan militer China, di tengah ketegangan mendidih atas nasib pulau Taiwan yang berada di persimpangan untuk memilih bergabung atau justru perang melawan China.
Baca juga: Korea Utara Bermanuver, Moncong Rudal Rusia Kini Beberapa Mil dari Pangkalan Militer Strategis AS
Kehadiran pesawat pengintai AS ini membuat China geram dan menilai manuver itu sebagai bentuk provokasi.
"Kolonel Cao Jun, juru bicara Angkatan Udara Komando Teater Timur Angkatan Darat China, mengutuk AS karena melakukan penerbangan dan mengatakan telah mengancam perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut," tulis laporan CBS, Rabu (27/11/2024).
Armada Ketujuh Angkatan Laut AS menjelaskan pada Selasa kalau pesawat patroli dan pengintai P-8A Poseidon mereka memang transit di wilayah udara internasional di atas Selat Taiwan.
AS mengklaim manuver ini “sesuai dengan hukum internasional,”.
Pernyataan pihak AS menambahkan kalau kehadiran pesawat pengintai tersebut menunjukkan, “komitmen Amerika Serikat untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”
“Militer Amerika Serikat terbang, berlayar, dan beroperasi di mana saja hukum internasional memungkinkan,” kata pernyataan yang diposting ke situs web Angkatan Laut AS.
Menurut deskripsi di situs web produsen Boeing, P-8A Poseidon unggul dalam "perang anti-kapal selam; intelijen, pengawasan dan pengintaian dan pencarian dan penyelamatan."
Kapal Perang dan Jet Tempur China Mondar-mandir
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau mereka telah mencatat kehadiran lima pesawat tempur China dan tujuh kapal angkatan laut di sekitar pulau itu.
Empat pesawat China memasuki wilayah udara Taiwan, dan Taiwan mengerahkan “pesawat terbang, kapal Angkatan Laut, dan sistem rudal pesisir sebagai tanggapan atas kegiatan yang terdeteksi.”
China telah lama mengklaim pulau Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai bagian dari wilayahnya.
Presiden China, Xi Jinping telah bersumpah untuk membawa Taiwan kembali di bawah kendali Beijing setelah lebih dari tujuh dekade – dengan cara paksa jika perlu.
Adapun AS, yang mengakui Beijing sebagai satu-satunya pemerintahan sah China, mengklaim juga mengikuti aturan perundang-undangan domestik mereka.
"UU di AS yang mewajibkan AS untuk menyediakan Taiwan perangkat militer untuk mendukung pemerintah di pulau tersebut yang terpilih secara demokratis jika berada di bawah ancaman," tulis ulasan CBS.
Namun, sebagian besar pemerintahan AS justru mempertahankan kebijakan ambiguitas strategis tentang sejauh mana mereka akan mendukung Taiwan dalam menghadapi invasi China.
Dalam wawancara September 2022 Minutes, Presiden Biden mengatakan AS akan melakukan intervensi militer untuk melindungi Taiwan dari China, “jika, pada kenyataannya, ada serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Presiden terpilih Donald Trump sebagian besar telah menghindari pertanyaan tentang apakah AS akan campur tangan secara militer jika China meluncurkan invasi ke Taiwan.
Dalam sebuah wawancara awal tahun ini, dia mengatakan Taiwan harus membayar AS lebih banyak untuk membantu pertahanannya.
Militer China secara rutin melakukan latihan darat, angkatan laut dan udara di Selat Taiwan, badan air yang memisahkan China dan Taiwan, yang hanya berjarak sekitar 100 mil pada titik tersempitnya.
Latihan-latihan itu selalu mendapat kecaman dari pemerintah pulau di Taipei, dan dari Gedung Putih.