Namun, waktu yang dipilih kelompok oposisi anti-rezim Assad ini juga vital, karena pendukung utama Suriah, Rusia, tengah berfokus pada Ukraina, dan sekutu utama Suriah, Iran, berada dalam posisi yang tidak menguntungkan akibat serangan Israel terhadap negara itu dan jaringan proksinya.
Serangan tersebut merupakan gejolak besar pertama dalam beberapa tahun antara oposisi Suriah dan rezim Presiden Assad, yang telah memerintah negara yang dilanda perang itu sejak tahun 2000.
Perang saudara Suriah dimulai selama Musim Semi Arab 2011 saat rezim tersebut menekan pemberontakan pro-demokrasi terhadap Assad.
Negara tersebut terjerumus ke dalam perang saudara skala penuh saat pasukan pemberontak dibentuk, yang dikenal sebagai Tentara Pembebasan Suriah, untuk memerangi pasukan pemerintah.
Sejak perjanjian gencatan senjata tahun 2020, konflik sebagian besar masih belum mereda, dengan bentrokan tingkat rendah antara pemberontak dan rezim Assad.
Lebih dari 300.000 warga sipil telah terbunuh dalam lebih dari satu dekade perang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan jutaan orang telah mengungsi di seluruh wilayah.
Langkah Darurat, Pasukan Oposisi Bersenjata Berat
Kementerian pertahanan Suriah mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka mengambil langkah-langkah operasional darurat.
Hal itu mengingat sejumlah besar pasukan oposisi yang mereka cap sebagai 'teroris', menyerang posisi penting tentara Suriah di Aleppo dan Idlib.
Menurut Sputnik, Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa
“Ribuan 'teroris' dengan senjata berat dan sejumlah besar drone melancarkan serangan besar-besaran. Serangan itu dilakukan dari beberapa sumbu pada posisi di Aleppo dan Idlib.
Pernyataan itu menambahkan, “Angkatan bersenjata kami bertempur sengit di daerah yang lebih dari 100 kilometer untuk menghentikan kelompok-kelompok bersenjata. Dalam proses ini, sejumlah pasukan kami menjadi martir dan yang lainnya terluka.”
Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan kalau pasukan militer negara itu sedang bersiap untuk melakukan serangan besar terhadap para pasukan oposisi.
"Langkah-langkah ekstensif akan diambil untuk memastikan keselamatan dan kesehatan penduduk Aleppo," kata pernyataan tersebut.
“Kami akan melanjutkan operasi kami dan menghadapi kelompok-kelompok oposisi untuk mengusir mereka dan melaksanakan kedaulatan pemerintah dan lembaga-lembaga negara di seluruh kota Aleppo dan pinggirannya.”