News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

“Saya Berharap Perempuan Afganistan Tetap Kuat”

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

“Saya Berharap Perempuan Afganistan Tetap Kuat”

Saat itu musim gugur di Jerman. Daun-daun di pohon berwarna coklat dan banyak yang sudah rontok. Angin sepoi-sepoi menggerakkan dahan di taman kastil kota kecil Hanau di negara bagian Hessen. Sesekali senyuman tersungging di wajah Nazima dan Nazira Khairzad saat kedua atlet asal Afganistan itu berjalan-jalan di taman.

Nazima dulunya adalah atlet balap ski gunung yang sukses di negara asalnya, saudara perempuannya Nazira menjadi penjaga gawang tim sepak bola perempuan di tingkat nasional. Mereka tinggal bersama di Jerman selama sembilan bulan.

Mereka harus meninggalkan Afganistan pada tahun 2021 ketika Taliban kembali berkuasa. Setelah Sebelum tiba di Jerman, Nazira pertama kali mendarat di Italia. Sementara Nazima, yang dua tahun lebih tua, mendarat di Jerman lewat Pakistan.

Terus berolahraga meski menentang aturan tradisi dan budaya

Sejak Agustus 2021, situasi kehidupan bagi anak perempuan dan perempuan di Afganistan memburuk drastis. Mereka ditindas secara sistematis dan tidak diperbolehkan bersekolah di sekolah menengah, belajar, bekerja atau berolahraga.

"Saya masih tidak percaya apa yang terjadi," kata Nazima dalam wawancara dengan DW. "Bahkan sebelum Taliban, situasi bagi perempuan tidak baik. Banyak dari mereka adalah ibu rumah tangga dan harus melakukan apa yang diperintahkan orang tua mereka. Mereka tidak punya kehidupan, mereka hanya hidup dan tidak diizinkan mengambil keputusan sendiri."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Nazima tidak ingin hidup seperti itu. Bahkan saat masih remaja, ia menentang aturan tradisional dan budaya di provinsi tempat tinggalnya, Bamiyan, di dataran tinggi Afganistan. "Saya selalu ingin tampil beda," kata perempuan berusia 22 tahun ini. "Saya selalu suka melanggar peraturan. Saya ingin menjalani hidup sesuai keinginan saya dan, yang terpenting, berolahraga."

Bahkan sebelum Taliban berkuasa, aktivitas olahraga bukanlah aktivitas rekreasi alami bagi perempuan dan anak perempuan di Afganistan. Namun demikian, kedua saudari ini mulai bermain sepak bola pada tahun 2014. Awalnya ditentang, tapi kemudian orang tuanya mendukung. Awalnya mereka pergi berlatih secara diam-diam.

Nazima: Banyak perempuan Afganistan mengalami depresi

Dua tahun kemudian, kedua saudari itu juga mulai bermain ski. Mereka mendaki pegunungan yang tertutup salju di Bamiyan karena saat itu belum ada lift. Mereka ambisius dan berlatih kapan pun jika memungkinkan.

Beberapa tahun kemudian, Nazima mencetak sejarah dan memenangkan medali internasional pertama dalam olahraga ski alpine untuk Afganistan pada sebuah kompetisi di negara tetangga, Pakistan.

Pada musim semi 2021, dia bersama Tamara Jahan menjadi perempuan Afganistan pertama yang mendaki Gunung Shah Fuladi. Ini adalah puncak tertinggi di Afganistan tengah dengan ketinggian lebih dari 5.000 meter.

Nazima memang telah menjadi panutan bagi ribuan anak perempuan dan kemudian semakin berkomitmen terhadap hak-hak perempuan di negaranya. Semakin banyak orang yang mengikuti teladan mereka, bermain sepak bola atau menjadi bagian dari tim ski nasional.

Adiknya Nazira juga berkarier di bidang olahraga. Dia berhasil masuk ke tim nasional Afganistan sebagai penjaga gawang. "Sepak bola adalah sesuatu yang istimewa bagi saya. Itu membuat saya kuat," kata pemain berusia 20 tahun ini.

Nazira mengatakan sangat bangga pada diri sendiri. "Tetapi saya juga bangga dengan gadis-gadis lain yang bermain sepak bola dengan saya, "tidak mudah bermain sepak bola sebagai perempuan di Afganistan."

Namun sejak 2021, hal tersebut berakhir dan impian akan dunia yang lebih baik dan lebih bebas pun pupus. Setelah kekacauan penarikan pasukan internasional dari Afganistan dan kembalinya Taliban pada Agustus 2021, olahraga untuk perempuan dilarang. Banyak rekan satu tim Nazima yang sudah bisa meninggalkan negara itu, meski beberapa dari mereka harus tetap tinggal di Afganistan.

"Sangat sulit bagi saya ketika memikirkan anggota tim saya," kata pemain berusia 22 tahun ini. "Banyak yang menikah atau mengalami depresi." Mereka berdua rutin melakukan kontak dengan sejumlah atlet perempuan yang masih berada di Afganistan.

Situasi perempuan di Afganistan memprihatinkan

"Kami tidak bisa keluar rumah tanpa hijab atau burqa," Nazira melaporkan. "Beberapa teman saya bunuh diri tahun lalu karena depresi." Suaranya terputus-putus karena dia tidak bisa membantu teman-temannya.

Meski begitu, kedua kakak beradik ini berusaha memberikan semangat kepada masyarakat dan khususnya perempuan dan anak perempuan di Afganistan.

"Saya berusaha memberi mereka energi positif dan terus menyuarakan nasib mereka agar tidak dilupakan," kata Nazima. Saat pemain ski ini melihat foto-foto lama dari masa lalu, dia merenung dan tampak sedih. Saat itu, perempuan setidaknya punya sedikit kebebasan, kata sang atlet. "Dibandingkan dengan situasi hari ini, dulu masih baik-baik saja."

Setelah berjalan-jalan, kedua kakak adik ini memasuki sebuah kafe kecil di pinggir pusat kota Hanau. Mereka kini senang berada di Jerman dan tidak perlu takut lagi. Sejak lama, kehidupan sehari-harinya di Jerman dipenuhi dengan kepedulian terhadap kerabatnya di kampung halaman.

Namun keluarga mereka kini juga telah berhasil meninggalkan Afganistan. Mereka bertahan di ibu kota Kabul selama berbulan-bulan, menunggu saat yang tepat untuk melarikan diri.

"Saat orang tua saya berada di Afganistan, hidup mereka dalam bahaya karena saya dan saudara perempuan saya aktif berolahraga," kenang Nazira. "Mereka adalah salah satu dari sedikit keluarga di Afganistan yang mengizinkan putri mereka belajar dan berolahraga," tambah saudara perempuannya.

"Perempuan lebih kuat daripada laki-laki"

Kini setelah seluruh keluarga berkumpul kembali di Jerman, para atlet pun berusaha melanjutkan kariernya. Mereka juga memberikan wawancara dan tidak melewatkan kesempatan untuk menarik perhatian terhadap situasi perempuan di Afganistan.

Olahraga, kata Nazima dan Nazira, memberi mereka harapan dan kekuatan akan masa depan yang lebih baik di tanah air mereka. "Situasi di Afganistan sangat sulit. Tapi saya berharap perempuan tetap kuat," kata Nazima.

"Saya yakin situasi akan berubah lagi di masa depan, terutama bagi perempuan. Suatu saat mereka akan punya hak yang sama dan dapat hidup sesuai keinginan mereka." Pemain berusia 22 tahun ini yakin bahwa perempuan lebih kuat dibandingkan laki-laki.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini