TRIBUNNEWS.COM - Mohammed al-Julani, pemimpin aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), menyerukan kepada rakyat Suriah untuk merayakan tumbangnya kekuasaan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Rezim Assad runtuh setelah HTS berhasil merebut ibu kota, Damaskus, pada Minggu (8/12/2024).
Dalam pidato yang disiarkan di televisi Suriah, Mohammed al-Julani menekankan pentingnya mengungkapkan kegembiraan tanpa menggunakan senjata atau mengintimidasi warga sipil.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepada rakyat besar Suriah atas kemenangan revolusi yang diberkati, dan saya mengundang mereka untuk turun ke lapangan untuk mengekspresikan kegembiraan mereka tanpa menembakkan peluru dan meneror orang," kata Mohammed al-Julani, Jumat (13/12/2024).
Ia juga menekankan pentingnya tahap berikutnya, yang memerlukan kerja sama dan upaya untuk membangun Suriah yang baru.
“Setelah itu, mari kita beralih ke pembangunan negara ini, dan seperti yang kami katakan sejak awal, kami akan menang, dengan pertolongan Tuhan," tambahnya.
Menanggapi seruan itu, ribuan rakyat Suriah berbondong-bondong ke alun-alun di Damaskus dan kota lainnya di Suriah.
Banyak dari mereka mengibarkan bendera kemerdekaan Suriah, yang diadopsi oleh oposisi Suriah sejak tahun 2011, dan meneriakkan beberapa slogan, termasuk “Satu, satu, satu, rakyat Suriah adalah satu.”
Pawai perayaan juga berlangsung di sejumlah kota Suriah lainnya, termasuk Aleppo, Hama, Homs, Idlib, Daraa, Latakia, Suwayda, dan Deir ez-Zor.
"Personel Keamanan Publik kami akan melakukan pengerahan intensif selama dan di sekitar demonstrasi untuk mengamankan mereka dan memastikan keselamatan peserta," kata Departemen Operasi Militer di Suriah.
Mereka akan menindak tegas siapa pun yang melakukan kerusuhan dan menyerukan kepada semua orang untuk mematuhi perilaku damai demi menjaga keselamatan semua orang, seperti diberitakan Al Jazeera.
Baca juga: PBB Susun Daftar 4.000 Pelaku Kejahatan Berat di Suriah usai Rezim Assad Tumbang
Jatuhnya Rezim Assad
Rezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah oposisi bersenjata mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.
Sebelumnya, aliansi oposisi bersenjata, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), meluncurkan serangan pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.
Pemimpin HTS, Abu Muhammad Al-Julani, mendeklarasikan runtuhnya rezim Assad melalui pidato di Damaskus pada Minggu (8/12/2024).
Runtuhnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada tahun 2015.
Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.
Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)