TRIBUNNEWS.COM - Lebih dari 2.000 prajurit Ukraina dilaporkan dirawat di rumah sakit akibat keracunan senjata kimia yang disebabkan oleh zat-zat yang digunakan oleh pasukan Rusia sejak dimulainya invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Setidaknya tiga orang dilaporkan tewas.
Artem Vlasiuk, Kepala Divisi Keselamatan Lingkungan dan Perlindungan Sipil dalam Komando Pertahanan Radiasi, Kimia, dan Biologi Angkatan Bersenjata Ukraina, mengumumkan penghitungan tersebut pada konferensi pers hari Jumat (13/12/2024), seperti dilaporkan oleh Ukrinform.
"Sejak dimulainya invasi besar-besaran, lebih dari 2.000 personel militer dengan berbagai tingkat keracunan akibat zat kimia yang tidak dikenal atau teridentifikasi telah dirawat di fasilitas medis militer dan sipil di seluruh Ukraina," kata Vlasiuk.
"Zat-zat ini termasuk iritan seperti CS dan CN, yang digunakan dalam amunisi pengendalian kerusuhan."
Ia juga mengonfirmasi adanya tiga kematian terkait kasus ini.
"Dalam tiga insiden, tenaga medis telah mengonfirmasi kematian akibat keracunan akut oleh agen kimia yang tidak dikenal," tambah Vlasiuk.
Demi alasan keamanan, ia tidak mengungkapkan nama atau unit dari tentara yang tewas.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) melaporkan bulan lalu bahwa gas antihuru-hara CS telah ditemukan dalam sampel tanah dan selongsong peluru yang diambil oleh militer Ukraina dari area konflik dengan pasukan Rusia.
Konvensi OPCW yang berbasis di Den Haag melarang penggunaan gas CS dan senjata beracun lainnya di zona perang.
"Saya terkejut dengan skala dan frekuensi penggunaan zat pengendali kerusuhan oleh Rusia sebagai metode perang melawan pasukan Ukraina," kata Bonnie Jenkins, Wakil Menteri AS untuk Pengendalian Senjata dan Keamanan Internasional.
Baca juga: Rusia Luncurkan Serangan Besar-besaran ke Ukraina: 93 Rudal-200 Drone Sasar Fasilitas Energi Lawan
Vlasiuk menekankan bahwa Ukraina mematuhi sepenuhnya hukum internasional dan tidak menggunakan bahan kimia dalam operasinya.
"Sebagai penandatangan Konvensi Senjata Kimia, Ukraina dan angkatan bersenjatanya sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan larangan penggunaan senjata kimia," tegasnya.
Ukraina juga telah bergabung dengan deklarasi bersama yang didukung oleh 59 negara, yang menegaskan kembali larangan penggunaan bahan kimia dalam konflik, terutama yang digunakan untuk pengendalian kerusuhan.
Drone Ukraina Melancarkan Beberapa Serangan di Dalam Wilayah Rusia
Dalam perkembangan terbaru konflik antara Rusia dan Ukraina, drone Ukraina melancarkan beberapa serangan di dalam wilayah Rusia pada Sabtu (14/12/2024) dini hari.
Drone Ukraina menyerang fasilitas infrastruktur yang menyimpan bahan bakar di wilayah Oryol, Rusia tengah, menyebabkan kebakaran dan memecahkan jendela-jendela rumah di sekitarnya, lapor The Guardian.
Gubernur Oryol, Andrei Klychkov, menyatakan pada Sabtu pagi bahwa "serangan besar-besaran" di lokasi infrastruktur tersebut mengakibatkan kebakaran bahan bakar.
Sementara itu, Gubernur wilayah Krasnodar, Vladimir Kondratyev, mengungkapkan bahwa pertahanan udara Rusia berhasil menghancurkan beberapa drone Ukraina di wilayah selatan dan timur Rusia.
Satu drone dilaporkan memecahkan jendela-jendela rumah di sebuah desa, namun tidak ada korban luka.
Gubernur wilayah Bryansk, Alexander Bogomaz, mengatakan bahwa pertahanan udara Rusia menghancurkan tujuh drone di wilayah perbatasan utara Ukraina.
Di wilayah Belgorod, Gubernur Vyacheslav Gladkov menyatakan serangan Ukraina menghantam dua desa, menyebabkan satu warga terluka dan memicu kebakaran di salah satu rumah.
Serangan drone Ukraina ini terjadi satu malam setelah Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran yang menargetkan fasilitas energi Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan bahwa Rusia menggunakan 93 rudal dan lebih dari 200 pesawat nirawak dalam serangan pada hari Jumat.
Ia juga mengungkapkan bahwa pasukan Ukraina berhasil menembak jatuh 81 rudal, termasuk 11 yang ditembak jatuh oleh pesawat F-16.
Pejabat setempat melaporkan bahwa enam fasilitas energi rusak di wilayah barat Lviv, yang berbatasan dengan Polandia.
Baca juga: Negara-negara Barat Membungkam Seruan untuk Diplomasi di Ukraina
Menurut sumber industri yang berbicara kepada Reuters, serangan tersebut menargetkan gardu listrik, dan jumlah serangan terhadap infrastruktur gas lebih banyak dibandingkan dengan serangan sebelumnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)