Sejak pelantikan Norbu, PKT telah bekerja tanpa kenal lelah untuk menampilkannya sebagai pemimpin spiritual tertinggi Tibet, menggunakan dia sebagai simbol kebijakan keagamaan ‘liberal’ mereka di acara-acara domestik dan internasional, seperti Forum Buddhis Dunia.
Meningkatnya kehadiran dan aktivitasnya, termasuk kunjungan kontroversial ke Thailand pada tahun 2019 dan tur domestik ke biara-biara Tibet, sesuai dengan strategi Beijing yang lebih luas untuk mensinisasi agama Buddha Tibet.
Sebagai Wakil Ketua Asosiasi Buddhis Tiongkok yang dikendalikan oleh Partai Komunis Tiongkok, kesetiaan Norbu tidak terletak pada ajaran spiritual tetapi pada Partai Komunis. Perannya telah direduksi menjadi alat politik PKT.
Namun, masyarakat Tibet secara konsisten menolak upaya Beijing memaksakan Norbu sebagai Panchen Lama. Mereka memecatnya dengan istilah seperti ‘Gyami Panchen’ (berarti ‘Panchen Cina’) atau ‘Panchen Zuma’ (berarti ‘Panchen Palsu’), dan menolak menghadiri pengajaran atau pertemuannya.
Laporan menunjukkan bahwa pihak berwenang Tiongkok telah menawarkan insentif tunai dan menerapkan tekanan polisi untuk memastikan adanya audiensi di Tibet selama kunjungannya.
Akibatnya, ‘Gyami Panchen Lama’ ke-11 telah menjadi tanggung jawab politik yang signifikan bagi Presiden Xi Jinping dan Partai Komunis Tiongkok.