"Jika perjanjian 2017 tidak mengikat, hanya Rusia yang dapat menegakkannya, dan saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa mereka memiliki kemauan atau kapasitas untuk melakukannya," jelas Dubow.
Untuk mempertahankan kehadirannya, Rusia mungkin perlu menawarkan insentif ekonomi kepada pemimpin baru Suriah.
Namun, perjanjian ini berpotensi bersifat jangka pendek dan bisa gagal jika tidak disepakati oleh pihak oposisi yang sebelumnya menjadi target serangan Rusia.
3. Apa yang Terjadi Jika Rusia Memutuskan Untuk Menarik Diri?
Jika Rusia gagal mencapai kesepakatan, pilihan mereka untuk tetap di Suriah akan terbatas.
Rusia bisa mencoba mempertahankan pangkalan-pangkalan mereka, tetapi ini berisiko bentrok dengan pasukan yang dipimpin HTS.
Risiko ini termasuk kemungkinan tentara Rusia terluka, ditangkap, atau bahkan diadili.
Kehilangan pangkalan militer di Suriah akan sangat merugikan bagi Rusia, yang mengandalkan pangkalan tersebut sebagai titik logistik penting untuk operasi di Timur Tengah dan angkatan laut globalnya.
Sebagai contoh, pangkalan Tartus di Mediterania masih menjadi satu-satunya fasilitas angkatan laut Rusia yang menjamin kehadiran mereka di wilayah tersebut.
Apakah Kehilangan Pangkalan Ini Menjadi Keuntungan Bagi Turki?
Kehilangan pangkalan militer Rusia di Suriah dapat menjadi keuntungan bagi negara-negara lain, termasuk Turki.
Namun, kekuatan angkatan laut Turki tidak membutuhkan pangkalan Tartus, dan apakah mereka akan mengambil alih fasilitas tersebut masih menjadi tanda tanya.
Matthew Orr, analis Eurasia di perusahaan intelijen risiko RANE, menjelaskan bahwa keberhasilan Turki akan sangat tergantung pada kondisi keamanan di Suriah yang saat ini tidak menentu.
Tartus tetap menjadi aset strategis yang mungkin akan diperebutkan oleh pemerintahan baru di Suriah dalam upaya menjalin hubungan dengan kekuatan besar.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).