News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Rusia dan Masa Depan Pangkalan Militer di Suriah: 3 Skenario Utama

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: timtribunsolo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto satelit pada tanggal 5 Desember sebelum Assad runtuh menunjukkan Pangkalan Angkatan Laut Rusia di Tartus Suriah

TRIBUNNEWS.COM - Suriah, selama ini, menjadi pangkal kekuatan bagi Rusia dalam memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.

Perjanjian sewa pangkalan militer yang ditandatangani pada tahun 2017 memberikan Rusia akses untuk menjalankan operasi militer di negara tersebut selama 49 tahun.

Namun, kini, setelah tumbangnya pemerintahan sekutu mereka, mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad, kehadiran Rusia di Suriah menghadapi tantangan serius.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Berikut adalah tiga skenario yang mungkin dihadapi militer Rusia di Suriah.

1. Apakah Rusia Akan Mengurangi Jejak Militer di Suriah?

Setelah kepergian Assad, Rusia dilaporkan telah membuat kesepakatan dengan otoritas sementara di Suriah yang dipimpin oleh gerakan Hayat Tahrir al-Sham (HTS).

HTS menjamin keamanan pangkalan militer Rusia dan tidak memiliki rencana untuk menyerang.

Namun, ketidakpastian masih menggelayuti masa depan kehadiran militer Rusia.

Anton Mardasov, peneliti nonresiden di Middle East Institute, mengungkapkan bahwa saat ini, beberapa peralatan militer Rusia sedang ditarik dengan cepat ke wilayah pesisir atau diangkut dari tempat terpencil.

Apakah pergerakan ini menunjukkan bahwa Rusia mulai mengurangi jejaknya di Suriah?

Meski saat ini belum ada masalah terkait evakuasi penuh pangkalan, pemerintahan baru Suriah yang mungkin terbentuk setelah Maret 2025 akan memiliki kesempatan untuk mengevaluasi kembali perjanjian yang ada dengan Moskow.

Baca juga: Travis Timmerman Dibebaskan setelah 7 Bulan Mendekam di Penjara Suriah

2. Dapatkah Rusia Membuat Perjanjian Baru?

Rusia pada tahun 2017 menandatangani perjanjian sewa selama 49 tahun dengan rezim Assad.

Namun, situasi politik yang berubah dengan cepat membuat masa depan perjanjian ini dipertanyakan.

Ben Dubow, peneliti senior di CEPA, berpendapat bahwa jika Damaskus memerintahkan Rusia untuk pergi, Moskow akan kesulitan mempertahankan posisinya.

"Jika perjanjian 2017 tidak mengikat, hanya Rusia yang dapat menegakkannya, dan saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa mereka memiliki kemauan atau kapasitas untuk melakukannya," jelas Dubow.

Untuk mempertahankan kehadirannya, Rusia mungkin perlu menawarkan insentif ekonomi kepada pemimpin baru Suriah.

Namun, perjanjian ini berpotensi bersifat jangka pendek dan bisa gagal jika tidak disepakati oleh pihak oposisi yang sebelumnya menjadi target serangan Rusia.

3. Apa yang Terjadi Jika Rusia Memutuskan Untuk Menarik Diri?

Jika Rusia gagal mencapai kesepakatan, pilihan mereka untuk tetap di Suriah akan terbatas.

Rusia bisa mencoba mempertahankan pangkalan-pangkalan mereka, tetapi ini berisiko bentrok dengan pasukan yang dipimpin HTS.

Risiko ini termasuk kemungkinan tentara Rusia terluka, ditangkap, atau bahkan diadili.

Kehilangan pangkalan militer di Suriah akan sangat merugikan bagi Rusia, yang mengandalkan pangkalan tersebut sebagai titik logistik penting untuk operasi di Timur Tengah dan angkatan laut globalnya.

Sebagai contoh, pangkalan Tartus di Mediterania masih menjadi satu-satunya fasilitas angkatan laut Rusia yang menjamin kehadiran mereka di wilayah tersebut.

Apakah Kehilangan Pangkalan Ini Menjadi Keuntungan Bagi Turki?

Kehilangan pangkalan militer Rusia di Suriah dapat menjadi keuntungan bagi negara-negara lain, termasuk Turki.

Namun, kekuatan angkatan laut Turki tidak membutuhkan pangkalan Tartus, dan apakah mereka akan mengambil alih fasilitas tersebut masih menjadi tanda tanya.

Matthew Orr, analis Eurasia di perusahaan intelijen risiko RANE, menjelaskan bahwa keberhasilan Turki akan sangat tergantung pada kondisi keamanan di Suriah yang saat ini tidak menentu.

Tartus tetap menjadi aset strategis yang mungkin akan diperebutkan oleh pemerintahan baru di Suriah dalam upaya menjalin hubungan dengan kekuatan besar.

 

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini