Pemerintah Yunani akan meningkatkan anggaran pertahanannya secara signifikan. Dalam anggaran tahun 2025 yang baru disetujui parlemen, belanja persenjataan direncanakan sebesar 6,1 miliar euro – hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2019, ketika anggaran tersebut mencakup 3,5 miliar euro.
159 dari 299 anggota parlemen menyetujui undang-undang anggaran pemerintah 2025, dan anggaran pertahanan bahkan menerima lebih banyak dukungan. Partai oposisi sayap kiri Pasok dan Syriza serta partai populis sayap kanan Solusi Yunani telah mengumumkan sebelum pemungutan suara, mereka akan menyetujui peningkatan belanja pertahanan.
Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis dalam pidatonya pada debat anggaran, merujuk pada perlunya "restrukturisasi radikal” angkatan bersenjata agar lebih efisien. Menteri Pertahanan Nikos Dendias mengatakan di parlemen, peningkatan tersebut penting mengingat tantangan pertahanan negara. Militer Yunani memasuki era baru dengan "sistem senjata cerdas dan "kubah anti-drone”.
Perlindungan terhadap serangan drone
Sejak serangan Rusia ke Ukraina, Yunani telah menyerukan pembangunan sistem pertahanan udara bersama Eropa terhadap serangan pesawat, rudal, dan drone musuh. Yunani merupakan salah satu dari 21 negara peserta sistem pertahanan udara European Sky Shield, yang diprakarsai Jerman.
Tapi "Iron Dome” versi Yunani akan berbeda dengan sistem pertahanan rudal Israel karena ancamannya berbeda, kata Nikos Dendias dalam wawancara baru-baru ini dengan surat kabar "To Vima”. Sementara Israel harus mempertahankan diri dari serangan roket, Yunani ingin membangun kubah pelindung untuk melawan serangan drone.
"Drone jauh lebih kecil dari roket dan bergerak lebih lambat," kata Dendias. "Jika sistem radar dan kecerdasan buatan seluruh sistem tidak sesuai, mereka tidak akan dapat mendeteksi drone.”
Perselisihan lama dengan Turki
Modernisasi pertahanan Yunani juga didorong sengketa lama dengan Turki, yang kini telah menjadi produsen drone Bayraktar dan mengekspornya ke beberapa negara.
Yunani telah menghabiskan lebih banyak dana untuk pertahanan dibandingkan sebagian besar negara Uni Eropa lainnya, terutama karena ketegangan dengan Turki yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Tapi anggaran pertahanan Turki, yang juga merupakan anggota NATO, masih jauh lebih tinggi dari Yunani.
Nikos Dendias telah mengumumkan reformasi pertahanan komprehensif bulan November lalu sebagai konsekuensi dari perang agresi Rusia terhadap Ukraina. Yunani baru-baru ini membeli tiga fregat Belharra yang canggih dan 24 jet tempur Rafale dari Prancis. "Perisai pelindung yang direncanakan nantinya dapat membebaskan angkatan udara dari kewajiban memberikan pertahanan antipesawat, sehingga dapat berperan sebagai pengganda kekuatan dan bukan sekedar instrumen pertahanan,” pungkas menhan Dendias.
hp/as (dpa, afp)