TRIBUNNEWS.COM - Setelah lebih dari satu tahun disandera di Gaza, lima warga negara Thailand yang sempat menjadi tawanan akhirnya kembali ke Bangkok, Minggu (4/2/2025).
Kelima orang tersebut sebelumnya ditawan oleh kelompok Hamas di Gaza selatan, tepatnya di Khan Younis, setelah konflik pecah pada Oktober 2023, lapor Al Jazeera.
Mereka adalah Watchara Sriaoun, Pongsak Thaenna, Sathian Suwannakham, Sarusak Rumnao, dan Bannawat Saethao.
Momen kepulangan para tawanan ini disambut penuh haru oleh keluarga mereka.
Seperti yang disampaikan oleh Tony Cheng dari Al Jazeera, saat berbicara dengan keluarga Watchara Sriaoun, mereka sangat gembira dan merasakan kebahagiaan luar biasa setelah pertemuan yang penuh haru tersebut.
Kelima tawanan itu dibebaskan pada 30 Januari 2025 sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari 15 bulan, Time melaporkan.
Kembalinya mereka disambut dengan air mata bahagia oleh keluarga yang menunggu di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok.
Pongsak, salah satu dari lima tawanan, mengungkapkan perasaan terharu sudah terbebas.
“Kami semua sangat bersyukur bisa kembali ke tanah air. Saya tidak tahu harus berkata apa lagi. Kami sangat berterima kasih.”
Ayah dari Bannawat, Somboon Saethao, juga mengungkapkan kebahagiannya, mengatakan bahwa dia sangat senang putranya akhirnya pulang.
"Saya rasa saya tidak ingin dia jauh lagi dari rumah."
Baca juga: VIDEO Ejekan Telak Hamas ke Israel, Tampilkan Petempur Kaki 1 Pegang Senjata saat Bebaskan Sandera
Kepulangan mereka menandakan berakhirnya penderitaan panjang yang dialami para tawanan yang sudah lebih dari setahun terpisah dari keluarga mereka.
Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa ikut mengawal kepulangan mereka.
“Kami tidak pernah menyerah, dan ini adalah hasil dari upaya kami yang tak kenal lelah," ungkap Sangiampongsa
"Menyaksikan mereka kembali ke pelukan keluarga mereka adalah momen yang mengharukan," lanjutnya.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada negara-negara yang membantu dalam proses pembebasan mereka, termasuk Israel, Qatar, Mesir, Iran, Turki, dan Amerika Serikat.
Meski lima pekerja telah pulang, satu warga negara Thailand lainnya masih diyakini berada di Gaza.
Kementerian Luar Negeri Thailand tetap berusaha keras untuk membebaskan tawanan tersebut.
Menteri Luar Negeri Thailand menambahkan, "Kami akan terus berupaya untuk membebaskan tawanan yang tersisa dan memberikan bantuan kepada keluarga mereka."
Selain itu, sebanyak 46 pekerja Thailand tewas sejak serangan dimulai pada Oktober 2023, banyak di antaranya menjadi korban akibat serangan Hamas dan roket dari Hizbullah, lapor The Guardian.
Kelompok pekerja Thailand yang disandera di Gaza merupakan bagian dari kelompok pekerja migran yang bekerja di sektor pertanian Israel, yang jumlahnya mencapai sekitar 30.000 orang sebelum perang dimulai.
Pemerintah Thailand juga berjanji untuk memantau kondisi fisik dan mental lima pekerja yang baru dibebaskan dan memberikan dukungan yang diperlukan agar mereka bisa kembali berintegrasi ke dalam masyarakat Thailand.
Sementara itu, Boonsong Tapchaiyut, pejabat dari kementerian ketenagakerjaan, mengatakan bahwa para tawanan yang dibebaskan akan menerima pembayaran satu kali sekitar $18.000 (600.000 baht), serta gaji bulanan sebesar $900 hingga usia 80 tahun.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)