TRIBUNNEWS.COM, JEMBER -- Terlepas kehebatan Wildan Yani Ashari berhasil membobol situs Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), seorang hacker profesional bernama samaran Nick Kido menyebut situs Presiden SBY memang relatif mudah dibobol.
Menurut Kido, Wildan menggunakan tehnik DNS Hijacking yang biasa digunakan para hacker untuk membobol sebuah situs. “Bagi saya teknik itu mudah dan banyak contohnya,” kata Kido yang aktif di komunitas hacker Malang dan Kediri, Rabu (24/4).
Metode peretasan ala Wildan dari Jember Hacker Team (JHT), menurut Kido, sebenarnya banyak dijumpai di internet. Setiap orang bisa saja mempelajari metode ini sekaligus mengaplikasikannya.
Kido bahkan sesumbar, seorang hacker profesional seperti dirinya hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja untuk membongkar sistem keamanan situs SBY.
Kido sendiri mengaku lebih sering mengutak-atik situs luar negeri. “Lebih menantang dan banyak hal baru yang saya temukan,” imbuhnya.
Saat ini Kido bekerja sebagai programer freelance. Untuk mengasah kemampuannya, Kido rajin meretas situs luar negeri. “Sudah tidak terhitung berapa web yang saya masuki,” katanya.
Kerusakan yang dibuat Kido kebanyakan tidak bersifat permanen. Kido mengaku hanya menanam sel pada program yang dia serang. Reaksi dari pembuat web tersebut pun beragam. Ada yang marah, namun tidak jarang malah berterima kasih.
“Sifat serangan saya kan tidak merusak secara permanen. Nah, mereka banyak yang berterimakasih karena sudah ditunjukkan celah dan kelemahan webnya,” tandasnya.
Kido mengaku dirinya juga pernah meretas kartu kredit (carding). Kartu kredit yang berhasil dibobol, dia gunakan untuk membeli berbagai barang yang dijual secara online. Kebanyakan dia membobol kartu kredit milik orang luar negeri.
Aryo mengakui, peretas memiliki konotasi negatif di mata masyarakat. Padahal, tidak semua hacker itu jahat. “Mereka yang tidak jahat disebut white hat hackers. Sedangkan yang merusak disebut cracker atau black hat hackers. Jadi tidak bisa disamaratakan semua hacker itu jahat. Banyak dari kami yang berguna menjaga software dalam negeri dari serangan cracker asing,” katanya.
Kido mencontohkan, saat hubungan Indonesia dan Malaysia menegang, komunitas hacker di Nusantara juga ikut panas. Mereka ikut-ikutan ‘berperang’ melalui dunia maya. Berbagai web0 milik Malaysia diserang para hacker Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Serangan itu sifatnya sangat merusak dan permanen. Para hacker dan cracker, men-deface berbagai web milik Malaysia. Bahkan, ada pula yang menghapus postingan di dalam web.
Di Jawa Timur sendiri, Kido mengungkapkan ada beberapa forum hacker, misalnya Surabaya Hackerlink, Malang Cyber, Jatimcom, Jatimcrew dan Explrecrew. Para hacker ini kebanyakan tidak hanya berkutat di satu forum. Mereka merambah berbagai forum untuk mengembangkan kemampuan.
Kido membenarkan bahwa wilayah Surabaya, Malang dan Jember menjadi barometer hacker di Jawa Timur.(idl)