TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Operator seluler Axis mengeluhkan interferensi yang mengganggu sinyal selulernya dalam proses migrasi 3G di frekuensi 2.100MHz. Perusahaan mengklaim, hal ini membuat kualitas layanan Axis menjadi menurun, termasuk internet.
Sejak akhir Mei lalu, Axis sudah siap melakukan migrasi kanal 3G di frekuensi 2.100MHz. Dari blok 2 dan 3, Axis diminta oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk memindahkan kanal 3G-nya ke blok 11 dan 12.
Namun, dalam proses pra-migrasi, Axis menemukan adanya interferensi sinyal di blok 11 dan 12 di wilayah Bali, Lombok, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Interferensi itu berasal dari sinyal Smart Telecom di frekuensi 1.900MHz.
Interferensi terjadi karena perbedaan teknologi Personal Communication System (PCS) 1900 yang digunakan pada jaringan CDMA Smart Telecom, dan teknologi Universal Mobile Telecommunication System (UMTS) yang dipakai lima operator GSM, yakni Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Tri, dan Axis.
Mengikuti prosedur yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Kemenkominfo No.19 Tahun 2013, Axis telah melaporkan interferensi berbahaya yang di wilayah-wilayah tersebut, namun perusahaan mengklaim hingga sekarang belum dapat solusi dari instansi-instansi terkait.
Tim teknis Axis memperkirakan, lebih dari 50 persen BTS 3G di Bali, Lombok, Jawa tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DKI Jakarta, terkena dampak interferensi tersebut.
“Tim teknis kami terus berusaha mengatasi penurunan kualitas layanan yang terjadi dan saat ini sedang melakukan final assessment dari dampak yang ditimbulkan. Saat ini kami sedang bekerja sama dengan lembaga pemerintahan untuk mengatasi permasalahan ini,” kata Michael McPhail, Chief Technology Officer Axis.