TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah spam bertema Natal dan Tahun Baru terus meningkat seiring maraknya perayaan kedua hari besar tersebut.
"Di masa sibuk sebelum liburan sangatlah penting untuk tetap selalu waspada ketika menerima pesan atau email dari toko online, layanan pemesanan serta bank dan sistem pembayaran lainnya," kata Tatyana Shcherbakova, Senior Spam Analyst, Kaspersky Lab, Kamis (26/12/2013).
Minggu-minggu menjelang liburan terlihat kenaikan jumlah pembelian dan kegiatan finansial yang dilakukan via internet. Inilah mengapa para scammer meningkatkan jumlah phishing dengan harapan para penerima email dari pelaku tidak begitu waspada.
Tatyana Shcherbakova menambahkan, jenis perusahaan yang menjadi sasaran para pelaku tidak berubah, dimana jejaring sosial (26,9 persen), layanan email (19,2 persen), dan mesin pencari (16,5 persen) menjadi tiga sasaran teratas.
Perusahaan finansial dan pembayaran online (16,1 persen) berada di tempat keempat, namun jumlah serangan ke perusahaan finansial dan pembayaran online terus meningkat. Pada November lalu jumlahnya naik 0,7 persen.
Australia and New Zealand Banking Group (ANZ) kembali menjadi target dengan adanya laman phishing yang menyerupai situs resmi perusahaan tersebut.
Kejadian-kejadian menyedihkan di seluruh dunia hampir selalu dieksploitasi oleh para pelaku, termasuk topan yang menghancurkan Filipina bulan lalu. Para pelaku mengirimkan 'Nigerian letter' yang mengeksploitasi nama Palang Merah Internasional untuk meminta bantuan bagi para korban.
Sementara itu, China, dengan kenaikan 2 persen, tetap menjadi sumber utama pengirim spam. Amerika Serikat berada di tempat kedua dengan 18 persen dari total spam global, diikuti oleh Korea Selatan (14,5 persen), dan Taiwan (6,7 persen).
Rusia (5,4 persen), yang mengalami kenaikan 1,4 poin, tetap berada di posisi kelima. Para pakar mencatat adanya sedikit penurunan spam yang berasal dari Kanada (-0,4 persen) dan membuat Jepang masuk menggantikan Kanada di 10 Besar pengirim spam dunia. (eko sutriyanto)