TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan beras sintetis dalam dunia penelitian pangan dikenal sebagai beras yang berbahan baku singkong, tepung sagu, janggung, umbi-umbian, dan beberapa sumber karbohidrat lain.
Di IPB beras tersebut dikenal dengan sebutan beras analog. Beras diciptakan sebagai diversifikasi pangan bahan pangan untuk mengurangi ketergantungan konsumsi terhadap beras padi dan tepung terigu.
Hal itu diungkapkan Guru Besar Ilmu Pangan fakultas Teknologi Pertanian IPB, Fransiska Rungkat Zakaria, Rabu (20/5/2015).
Dia mengatakan, beras analog adalah salah satu bentuk pangan alternatif yang dikembangkan untuk mengatasi ketersediaan pangan, baik itu dalam hal penggunaan sumber pangan.
Jika dibandingkan dengan beras padi, sumber karbohidrat maupun gizi yang terkandung di dalam beras analog tidak jauh berbeda. Karbohidrat katanya, merupakan salah satu komponen makro pada produk pangan yang mengandung unsur C, H, dan O.
"Bahan baku dari beras analog ini, seperti singkong, ubi jalar, sagu, dan beberapa jenis umbi-umbian lainnya, memiliki kandungan indeks glikemik (potensi peningkatan gula darah/glukosa dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan) yang umumnya lebih rendah dibandingkan beras padi," katanya.
Dengan mengkonsumsi beras analog,kata Fransiska, kadar gula para penderita diabetes melitus diharapkan lebih stabil dan terjaga karena pada umumnya beras analog terbuat dari bahan baku yang rendah kadar indeks glikemiknya.
Fransiska menambahkan, permasalahan harga jual masih menjadi kendala saat ini."Padahal beras analog diharapkan menjadi salah satu diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan angka impor beras dalam negeri," ujar Fransiska yang juga anggota Komisi I Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)