TRIBUNNEWS.COM - Tepat hari ini, 70 tahun lalu, sebuah bom uranium yang disebut Little Boy berbobot 64 kilogram dijatuhkan di kota Hiroshima dan menghancurkan 90 persen wilayah kota itu serta langsung menewaskan total 140.000 orang.
Bom berkekuatan 15 kiloton TNT itu mengakibatkan 90 persen kota itu rata dengan tanah. Namun, setelah kota itu dibangun kembali, sulit membayangkan skala kehancurannya saat itu.
Bagaimana jika bom Little Boy itu dijatuhkan di sebuah kota dunia hari ini? Bagaimana tingkat kehancuran yang bisa diakibatkan Little Boy?
Sejarawan nuklir Alex Wellerstein menciptakan sebuah situs bernama Nuclearsecrecy.com yang menyediakan aplikasi yang menunjukkan gambaran tentang seberapa besar skala kehancuran jika sebuah bom atom, dalam hal ini Little Boy, dijatuhkan di sebuah kota.
Dalam peta yang muncul di situs tersebut terdapat lima zona radius terdampak yang diberi warna berbeda untuk memperjelas berbagai efek dari bom atom yang dijatuhkan di sebuah kota.
Pusat ledakan disebut "zona bola api" adalah daerah paling parah terdampak, yaitu dengan luas sekitar 0,1 kilometer persegi. Kawasan selanjutnya adalah "zona ledakan" yang mencakup daerah seluas 0,36 kilometer persegi di mana hampir semua orang tewas dan sebagian besar bangunan hancur.
Zona selanjutnya adalah "zona radiasi" yang bisa mencakup wilayah seluas 4,51 kilometer persegi. Di zona ini, 50-90 persen korban ledakan akan tewas tanpa perawatan yang tepat dalam beberapa hari atau pekan setelah bom dijatuhkan.
Daerah terdampak selanjutnya adalah "zona ledakan udara" yang menghancurkan sebagian besar bangunan dan jumlah korban tewas masih cukup banyak di kawasan seluas 8,7 kilometer persegi.
Kawasan bahaya terakhir adalah "zona radiasi panas" yang mengakibatkan semua yang tinggal dalam area seluas 11,4 kilometer persegi akan menderita luka bakar tingkat tiga yang berpotensi meninggalkan cacat hingga amputasi.
Bom atom di Jakarta
Untuk mengetahui dampak bom atom ini, maka Kompas.com mencoba aplikasi Nukemap ini dengan memilih Jakarta sebagai sasaran bom atom dengan kekuatan 15 kiloton seperti yang dijatuhkan di Hiroshima.
Situs ini memilih kawasan sekitar Monumen Nasional (Monas) sebagai pusat jatuhnya bom atom. Jika bom jatuh di Monas maka dipastikan hampir 100 persen warga di sekitar tempat itu tewas dan berbagai bangunan hancur luluh.
Bencana belum berakhir karena ledakan udara dengan kekuatan 20 psi akan mengakibatkan bangunan-bangunan besar yang terbuat dari beton dalam radius 1,5 kilometer hancur atau rusak berat dan jumlah korban tewas hampir 100 persen.
Setelah ledakan berakhir dan bola api padam, lalu muncul radiasi nuklir berkekuatan 500 rem yang menyebar dalam radius 1,42 kilometer.
Artinya, warga yang berada di sekitar Jl Thamrin, kawasan Tanah Abang, Kebon Sirih, Senen, dan Pejambon akan terpapar radiasi. Bahkan, jika ditambah embusan angin maka kawasan yang terpapar radiasi bisa mencapai kawasan sekitar Bundaran HI hingga sebagian wilayah Jakarta Utara.
Paparan radiasi ini akan mengakibatkan 50-90 persen korban tewas dalam hitungan jam hingga pekan jika tak menerima perawatan yang tepat. Korban tewas akibat radiasi ini bisa mencapai ratusan ribu orang lagi.
Di radius 10,9 kilometer dari pusat ledakan, sebagian besar permukiman warga hancur dan korban tewas masih ditemukan. Sementara di kawasan dengan radius 1,91 kilometer dari pusat ledakan, korban tewas tidak terlalu banyak. Namun, mereka menderita luka bakar tingkat tiga yang bisa berujung cacat atau amputasi.
Lalu berapa korban tewas jika bom atom Hiroshima dijatuhkan di Jakarta? Menurut situs ini, jumlah korban tewas seketika mencapai 166.970 orang dan 379.820 orang lainnya terluka.
Padahal, bom atom saat ini berkekuatan puluhan kali lebih kuat dibanding bom Little Boy di Hiroshima. Bahkan, bom atom terbesar yang pernah dibuat Uni Soviet memiliki kekuatan 100 megaton.
Jika bom ini dijatuhkan di Jakarta maka lebih dari 11 juta orang tewas, 12 juta orang terluka, dan dampak radiasi mencapai Pandeglang, Banten, dan Sukabumi, Jawa Barat.(Nuclear Secrecy)