Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pesawat ruang angkasa New Horizons NASA menemukan langit biru di planet Pluto selama penerbangan bersejarah pada Juli lalu.
NASA merilis foto atmosfer dan awan Pluto yang diambil pekan lalu, Kamis (8/10/2015). Para ilmuwan telah menganalisa temuan baru ini, bahwa Pluto memiliki langit biru yang sama seperti bumi. Partikel-partikel di dalam atmosfer benar-benar merah dan abu-abu, menurut para ilmuwan NASA.
"Siapa yang telah mengharapkan langit biru di Sabuk Kuiper? Ini sangat indah," ujar ilmuwan New Horizons, Alan Stern, dalam pertanyaan resmi NASA.
Sabuk Kuiper (Kuiper belt) adalah sebuah wilayah di tata surya yang berada dari sekitar orbit Neptunus (sekitar 30 SA) sampai jarak 50 SA dari Matahari. Objek-objek di dalam sabuk Kuiper ini disebut sebagai objek trans-Neptunus.
Warna biru dapat membantu para ilmuwan memahami ukuran dan riasan partikel awan sekitar Pluto.
Para ilmuwan juga telah menemukan banyak partikel es pada permukaan Pluto. Terkena air es tampaknya, misterius, berwarna merah.
Pesawat New Horizons sudah mengirimkan foto semacam gunung es di beberapa sisi planet Pluto. Para peneliti lalu mencari lebih dalam mengenai kondisi tersebut.
Kondisi Pluto memperlihatkan cukup banyak kabut dan es mengambang. William McKinnon dari Washington University di St Louis, mengatakan bahwa es nitrogen di Pluto berusia relatif muda, hanya beberapa puluh juta tahun.
Pesawat ruang angkasa NASA New Horizons melakukan perjalanan tiga miliar mil selama sembilan tahun untuk mendekati Pluto, juga menemukan lapisan kabut membentang 100 mil ke atmosfer. Kabut itu diyakini menyebabkan penampilan merah pada planet.
Pesawat NASA berhasil memotret pegunungan es kedua di planet itu, berada pada jarak sekitar 109 kilometer di barat laut Norgay Montes, pegunungan es pertama yang dipotret pesawat tersebut.
Foto pegunungan es kedua itu diterima NASA pada 20 Juli. Bentuknya seperti hati. Puncak gunung itu diyakini mencapai 804-1.609 meter. Pegunungan ini dinamakan Sputnik Planum.
Di sisi lain pegunungan ini, ada area ekuator besar nan gelap yang kemudian diberi nama Cthulhu. Para peneliti NASA menduga Sputnik Planum ini kemungkinan berusia masih sangat muda, yakni kurang dari 100 juta tahun. Sementara area gelap tersebut sudah ada sekitar miliaran tahun lalu. (Fox/CNN)