News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Keluarga Berencana

Memilih Alat Kontrasepsi dengan Sistem Cafetaria

Penulis: Agustina Rasyida
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kontrasepsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Program KB Mandiri Lingkaran Biru (LIBI) yang populer di tahun 1980-an telah menginjak tahun ke-25 dalam menyukseskan program nasionalnya.

Dalam rangka memperingati KB Mandiri LIBI dan Hari Kontrasepsi Dunia 2012, BKKBN, APCOC Indonesia, IDI, IBI, serta Bayer Healthcare mengajak masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan menciptakan kesadaran berkontrasepsi dan keluarga berencana.

"Sampai saat ini, kesadaran akan pentingnya kontrasepsi masih perlu ditingkatkan," ujar Prof. DR. dr. Biran Affandi, SpOG (K), FAMM selaku Ketua Asia Pacific Council On Contraception (APCOC) Indonesia, Rabu (26/9/2012), di Jakarta.

Dengan ber-KB, lanjut Biran, sebuah negara dapat mengendalikan laju pertambahan penduduk yang berpengaruh terhadap masalah mengurangi angka kematian ibu-anak, meningkatkan kesehatan keluarga, mengurangi tanggungan negara, meningkatkan kesejahteraan, sampai mencapai pendidikan lebih tinggi.

"Maka itu sebaiknya kontrasepsi atau KB dengan sistem cafetaria. Pasien maunya apa? Ya kami kasih, mereka dapat berkonsultasi maunya kontrasepsi apa," tambah Biran.

Menurut Biran, pasien yang akan melakukan KB hendaknya konsultasi dengan dokter atau bidan terlatih. Jenis KB akan menyesuaikan kondisi pasien.

Biran memberikan contoh, jika kita sebagai perempuan memiliki kecenderungan menstruasi banyak, tidak disarankan menggunakan IUD, karena akan membuat menstruasi semakin banyak. Sebaiknya menggunakan KB suntik, pil, atau implan, efek samping masalah pendarahan kalau hormon. Pil KB membuat pendarahan seperti biasa, suntik dan implan dapat mengakibatkan menstruasi kurang teratur. Namun dari segi kesehatan tidak bermasalah. Jika kita memiliki tekanan darah tinggi atau varises sebaiknya hindari KB suntik atau pil.

"Di Amerika dan Eropa sudah memerkenalkan pil KB untuk empat bulan, dan perempuan akan mens sekali dalam tiga bulan, masyarakat sana maunya gitu," paparnya.

Hal itu berbanding terbalik dengan perempuan di Indonesia yang sebagian masih beranggapan, jika menstruasi tidak keluar dianggap darah kotor menumpuk di dalam tubuh, padahal tidak demikian.

"Melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) medis, dokter atau bidan dapat menjelaskan tentang macam-macam dan efek samping kontrasepsi. Ini penting, karena efek samping tiap orang berbeda-beda," tandas Biran. (Agustina NR)

Baca artikel menarik lainnya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini