News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bisakah Rahang Bawah yang Maju Karena Kasus TMJ Dimundurkan?

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM  - Tribunnews.com membuka kontak Konsultasi yang akan dijawab Drg Anastasia Ririen

Drg R Ngt Anastasia Ririen Pramudyawati, alumnus Fakultas Kedokteran gigi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, siap menjawab segala pertanyaan seputar kesehatan gigi dan mulut di rubrik konsultasi gigi dan mulut Tribunnews.com.

Selama ini, perempuan kelahiran tepian Danau Tage - Epouto (Enarotali, Paniai, Papua) ini bekerja di Permata Pamulang Hospital, dan praktek pribadi D-smile di wilayah Pondok Cabe, Selatan Jakarta.

Selain itu, juga aktif menulis di www.kompasiana.com/dokteranastasiaririen dan memberikan konsultasi soal kesehatan gigi dan mulut lewat media radio, serta mengisi rubrik konsultasi di Harian Tribun Kaltim.

Bagi pembaca Tribunnews.com yang ingin melakukan konsultasi masalah gigi dan mulut, silakan mengirimkan pertanyaan melalui email: dr_anastasia_ririen@yahoo.com.
Semua jawaban akan ditayangkan di www.tribunnews.com.

Pertanyaan Pembaca
Dokter Anastasia..

Saya bermaksud mengkonsultasikan pemasangan kawat gigi yang sudah pernah saya jalani.
Sebelum pemasangan kawat gigi, saya menderita kasus TMJ selama 3 tahun (2010-2013) lalu saya menjalani perawatan di RSGM UNPAD dengan memakai splint (selama 1 tahun).

Sesudah memakai splint, Dokter menyuruh saya untuk memakai kawat gigi, padahal gigi saya sudah rapi. Tapi dokter menjelaskan bahwa hal tersebut untuk memperbaiki posisi rahang.

Kurang lebih selama 1 tahun saya memakai kawat, dan sekarang sudah dibuka. Tapi sesudah memakai kawat, saya merasa kecewa karena rahang bawah saya menjadi maju, Dok..

Yang saya mau pertanyakan adalah: apakah dengan memakai kawat lagi rahang saya bisa dimundurkan lagi, dengan riwayat TMJ? Terimakasih banyak, Dok..

(Lukman, 23 tahun)

Jawaban:
Dear Kak Lukman, terimakasih atas pertanyaannya..
Sebelum membahas apa yang Kakak tanyakan, saya akan sedikit memberikan informasi terkait  kasus yang Kakak alami.

Sendi temporomandibular adalah sendi yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) ke tengkorak, dan terletak tepat di depan telinga di setiap sisi kanan-kiri kepala. Ia fleksibel. Dapat bergerak ke atas, ke bawah serta ke samping yang memungkinkan terjadinya proses alamiah berbicara, mengunyah, dan menganga. Dan otot yang melekat dan di sekitar sendi rahang dan rahang bagian bawah mengatur posisi dan pergerakan dari rahang tersebut.

Pada kondisi tertentu, dapat terjadi kasus anomali. Biasa disebut temporomandibular disorders (TMD).  Dapat terjadi akibat faktor kelainan structural maupun akibat faktor fungsional. Kelainan oleh faktor structural jarang dijumpai. Umumnya, akibat faktor fungsional.
Secara umum sering terjadi sebagai rentetan dari masalah yang berhubungan dengan sendi rahang dan otot-otot di sekitar wajah yang mengontrol proses pengunyahan serta gerakan rahang. Adanya cedera pada rahang, sendi temporomandibular ataupun otot kepala dan leher dapat menyebabkan terjadinya TMD.

Penyebab lainnya yakni: kebiasaan menggerus gigi-geligi, dislokasi tulang, osteoarthritis atau rheumatoid arthritis di TMJ, serta tekanan psikologis/stress yang dapat menyebabkan otot-otot wajah dan rahang menjadi tegang.

Orang-orang yang mengalami TMD dapat merasakan sakit yang sangat serta ketidaknyamanan yang dapat bersifat sementara maupun selama bertahun-tahun.
 Probabilitas kejadiannya lebih tinggi pada perempuan. Lebih sering di rentang usia 20-40 tahun.
 TMD ditandai oleh beberapa keluhan, di antaranya:
-          Rasa sakit di sekitar wajah, daerah persendian rahang, leher dan bahu, dan di dalam atau dekat telinga sewaktu mengunyah, berbicara atau membuka mulut lebar-lebar.
-          Tidak dapat membuka mulut hingga selebar sebelumnya.
-          Rahang tidak dapat digerakkan lagi pada posisi mulut tertutup atau terbuka.
-          Bunyi "klik", "pop", maupun krepitasi (bunyi retakan) terdengar pada saat membuka atau menutup mulut, yang mungkin atau tidak disertai oleh rasa sakit.
-          Wajah merasa lelah.
-          Kesulitan mengunyah atau gigitan yang tidak nyaman yang terjadi secara tiba-tiba seperti bila gigi atas dan bawah tidak dalam posisi yang tepat .
-          Pembengkakan pada sisi wajah.
-          Gejala umum yang lain, termasuk sakit gigi, sakit kepala, sakit leher, pusing, sakit telinga dan masalah pendengaran.

Pertanyaan pertama saya, gejala/keluhan apa sajakah yang dulu dialami?

Karena dengan memperhatikan riwayat penyakit pasien dan melakukan pemeriksaan klinis secara teliti, sang dokter dapat menegakkan diagnosisnya dengan benar.

Biasanya sang dokter akan memeriksa sendi temporomandibular serta otot yang terkait. Apakah terdapat rasa sakit, terdengar bunyi khas, terdengar suara selama pergerakan sendi rahang, terdapat pergerakan yang terbatas atau penguncian gerakan rahang saat membuka atau menutup mulut, dan memeriksa gigitan dan fungsi otot wajah.

Dalam beberapa kasus, dapat juga dilakukan pemeriksaan photo rontgen yang memudahkan sang dokter untuk melihat keadaan seluruh rahang, temporomandibulair joint (TMJ) dan gigi geligi, untuk memastikan muasal symptom yang dikeluhkan tidak berasal dari keadaan-keadaan lain.
Kadang-kadang juga diperlukan tes lain seperti magnetic resonance imaging (MRI) ataupun computer tomography (CT). Dengan melakukan tes MRI dapat dilihat jaringan lunak seperti diskus TMJ untuk melihat apakah diskus berada dalam posisi yang benar sewaktu rahang bergerak. Sementara CT scan dapat membantu melihat detail tulang persendian.

Perawatan yang tersedia bermacam-macam. Dimulai dari perawatan sederhana dan konservatif yang dapat dilakukan sendiri, sampai dengan suntikan dan tindakan bedah. Perawatan harus dimulai dengan perawatan konservatif, tanpa pembedahan. Pembedahan hanyalah sebagai pilihan terakhir, Kak..

Upaya pengaplikasian kompres panas atau dingin untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit, mengkonsumsi makanan yang lunak, mengkonsumsi obat, serta penggunaan splint atau night guard merupakan perawatan dasar yang bisa diberikan oleh sang dokter.

Dan, apabila perawatan dasar ini belum mampu mengkoreksi anomali TMJ yang terjadi, maka dokter dapat melakukan tahapan pilihan tindakan lain berikutnya, antara lain:
-          Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), menggunakan arus listrik tingkat rendah untuk menghilangkan rasa sakit yang timbul dengan cara melemaskan rahang dan otot wajah. Dapat dilakukan oleh dokter gigi di tempat praktek, maupun di rumah.
-          Ultrasound, menggunakan panas yang diaplikasikan pada TMJ untuk meringankan rasa sakit atau meningkatkan pergerakan.
-          Injeksi pada trigger-point, untuk mengeliminasi rasa sakit.
-          Radio Wave Therapy: gelombang radio yang menciptakan stimulasi listrik tingkat rendah pada persendian, sehingga dapat meningkatkan aliran darah. Rasa sakit yang dirasakan pasien pada persendian pun jadi berkurang.
-          Pembedahan. Hanya dilakukan apabila tidak ada tindakan lain manapun yang dapat memulihkan kondisi anomali TMD yang diderita.

Nah, pertanyaan kedua saya, sampai tahapan apakah perawatan yang telah Kakak terima? Apakah sampai pada perawatan dengan pemakaian splint yang merupakan tahapan perawatan konvensional  pertama, ataukah sudah pada perawatan tahap berikutnya di atas?

Saya kira, tahapan perawatan orthodontic yang dilakukan sang dokter merupakan tahapan penyesuaian oklusi ideal yang juga dimaksudkan dalam rangka mensupport upaya splinting yang telah Beliau upayakan sebelumnya, Kak..

Saran saya, cobalah Kakak kembali ke dokter yang merawat Kakak, serta mengkonsultasikan keluhan yang Kakak derita ini. Agar dapat diperiksa lebih teliti lagi, serta diberikan alternative perawatan selanjutnya yang terbaik bagi kasus anomali yang Kakak derita selama ini.

Satu hal yang menarik, terkait etiologis kasus TMD, pada kejadian akibat faktor fungsional, maka kebiasaan buruk tertentu dari kita semisal tidur miring pada satu sisi terus-menerus, mengunyah hanya pada satu sisi rahang baik kanan saja maupun sebaliknya, ataupun kebiasaan menopang dagu, termasuk mengunyah pada area gigi-geligi depan saja, dapat berikan pengaruh tidak ideal pada persendian TMJ kita. Demikian pula halnya, bila kasus-kasus lain semisal gigi berlubang belum dirawat tuntas. Kondisi anomali yang dapat menjadi salah satu pencetus bad habit terkait.

Apapun jenis therapy yang telah kita jalani, sebagus apapun hasilnya, sepanjang bad habit masih kita lakukan, maka ragam anomali lain akan tetap terjadi, nantinya. Baik yang langsung melibatkan persendian TMJ kita, maupun posisi oklusi gigi-geligi kita.

Dan terkait keluhan "merasa" makin majunya posisi gigi-geligi rahang bawah pasca perawatan orthodontic sang dokter, silakan dikonsultasikan ke sang dokter gigi Kakak, ya.

Karena bisa saja terjadi, posisi gigi-geligi yang sekarang merupakan posisi idealnya menurut kaidah kedokteran gigi, termasuk dari sisi estetikanya. Ada panduan terkait, Kak.. Sang dokter akan menjelaskannya ke Kakak. Karena bisa juga terjadi, sebelum ini posisi susunan gigi-geligi rahang bawah Kakak tersebut masuk dalam kategori lebih mundur dari standard idealnya. Itulah mengapa hasil akhirnya (yang telah dimajukan ke lengkung idealnya) bisa jadi malahan terasakan oleh Kakak seolah terlampau maju dibanding sebelumnya.

Maafkan saya belum dapat memastikan keadaannya karena minimnya data dan informasi dari Kakak. Silakan langsung  mengontrolkan kembali dan menanyakannya langsung ke dokter gigi Kakak tersebut, yach..
__
Sebagai catatan, pada penatalaksanaan kasus TMD, bila diperlukan maka pembedahan pun bisa dilakukan. Antara lain: Arthrocentesis maupun Open-Joint Surgery.

Pasien yang akan menjalani bedah arthroscopic akan diberikan anestesi umum. Selanjutnya, sang dokter ahli bedah akan membuat torehan kecil di depan telinga, dan memasukkan alat kecil - tipis berisi lensa dan cahaya. Alat ini dihubungkan ke layar video. Memungkinkan ahli bedah memeriksa TMJ dan daerah sekitarnya. Kemudian, ahli bedah membuang jaringan yang mengalami peradangan ataupun memperbaiki letak disk atau condylus, sesuai penyebab TMD yang diderita.

Sementara, untuk pasien yang menjalani bedah Open-Joint Surgery pun diberikan anestesi umum. Tidak seperti arthroscopy, seluruh daerah sekitar TMJ dibuka. Sehingga sang dokter ahli bedah dapat melihat secara lengkap dengan akses yang lebih baik. Ada banyak jenis open-joint surgeries.  Dilakukan bila:
-          Struktur tulang yang meliputi rahang mengalami kemunduran fungsi.
-          Ada tumor di ataupun sekitar TMJ.
-          Ada kerusakan parah di sekitar persendian
Dengan resiko waktu penyembuhan yang lebih panjang, dan terdapat kemungkinan kerusakan serta cedera syaraf yang lebih besar.
Demikian penjelasan saya, semoga dapat dipahami dan bermanfaat. Salam sehat, ya Kak.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini