TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang membuka layanan kesehatan bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dengan mendirikan Rumah Sakit Umum (RSU) Siloam Karawaci.
Prof Eka Wahjoepramono yang juga menjabat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan RSU Siloam, mengatakan RSU ini memiliki 300 bed atau tempat tidur pasien. Dalam tiga tahun ke depan, tempat tidur RSU Siloam yang lokasinya satu kompleks dengan RS Siloam Karawaci akan ditambah menjadi 2.000 kasur.
Manajemen RS Siloam sengaja menggunakan nama Rumah Sakit Umum. "Ini sebagai layanan sosial atau CSR (corporate social responsibility). Walaupun RSU, dengan tarif lebih murah, staf medis, dan standar pelayanan sama seperti dengan RS Siloam. Tarifnya memang lebih murah, tarif bangsal, tapi kualitas pelayanan, misalnya bedah atau oprasi, kualitas pelayanan dokter sama dengan di RS Siloam. Kami bisa jamin itu," ujar dokter Eka kepada Tribunnews.com, akhir pekan lalu.
Pria yang baru mendapatkan gelar doktor dari satu universitas di Australia ini mengatakan, yang membedakan antara RS Siloam dengan RSU adalah dalam segi fasilitas, dan makanan. Ia menjelaskan, ide pembangunan RSU yang rampung satu setengah tahun yang lalu ini adalah atas panggilan hati nurani, untuk ikut menyehatkan masyarakat Indonesia.
"Bila ada pasien minta tolong, haram hukumnya untuk ditolak," tutur dokter Eka.
Dengan didirikannya RSU Siloam ia juga berharap, agar masyarakat yang membutuhkan perawatan medis namun tak memiliki dukungan finansial, masih dapat terlayani. Ia membeberkan, sistem pendanaan RSU adalah menggunakan cara subsidi silang dari RS Siloam.
"Kami mengerti bahwa pemerintah belum bisa membangun rumah sakit sejumlah dengan orang Indonesia. Itu tidak mungkin, kalau anggaran kesehatan hanya dua persen, sementara negara-negara maju adalah 20 persen," katanya.