Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Buat Angkie Yudistia, menjadi seorang difabel tentulah bukan pilihan. Saat ia berusia 10 tahun, kemampuan mendengarnya secara perlahan menurun. Sampai akhirnya yang Angkie dengar hanyalah suara dengungan yang mengganggu.
"Lagi masa-masanya aktif bermain, tiba-tiba aku harus mengalami ini. Aku sempat depresi. Lalu aku bertanya-tanya kenapa sih Tuhan buat aku seperti ini. Sejak itu, aku hidup dalam pertanyaan itu," cerita Angkie saat ditemui Tribunnews.com di markas L'Oréal Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Misteri itu akhirnya terjawab saat perempuan kelahiran Medan, 5 Juni 1987, ini menunaikan ibadah umroh pada tahun 2007.
"Di sana aku berdoa meminta kesembuhan. Kalau memang bukan itu bukan jalannya, sekiranya aku diberi petunjuk untuk apa aku hidup," kenangnya.
Tak lama, ia mengalami pengalaman spiritual yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Kala itu ia hendak melakukan hajar aswad. Di tengah keramaian tiba-tiba, muncul seorang nenek yang meminta pertolongan padanya.
"Lalu aku tolong dia. Tiba-tiba di belakang ibu itu, terlihat ada jalan kosong menuju hajar aswad di tengah keramaian itu," cerita pemegang gelar master degree dari The London School of Public Relations, Jakarta.
Saat itu juga, ia seperti mendapatkan sebuah hidayah.
"Terlepas dari kekuranganku, aku ada di dunia ini untuk menolong orang lain," katanya.
Sepulangnya ke Jakarta, Angkie yang mengaku terampil menyusun program langsung memanfaatkan keterampilanya itu membuat program sosial-sosial yang fokus pada kesamaan hak kaum disabilitas.
Berbagai gerakan sosial sudah pernah dicanangkannya, sebut saja #pitabiru dan #thisablefest. Tak disangkanya, gerakan tersebut mendapat dukungan sekaligus pengakuan dari berbagai pihak.
Pada tahun 2008, perempuan yang gemar berpelesiran ini menjadi finalis None Jakarta Barat dan The Most Fearless Female Cosmopolitan.
Ia juga sempat mendapatkan nominasi Liputan 6 Awards SCTV untuk kategori Pemberdayaan Masyarakat pada 2012. Masih di tahun yang sama, ia dinominasikan sebagai The Most Powerful Women versi majalah Her World. Tahun ini, ia memenangkan Woman in ICT, Kartini Generation Awards dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.
"Only tough people will win. Siapapun bisa asal niat. Kami yang difabel pun bisa. Kami bukanlah orang yang perlu dikasihani," tegas penulis buku "Setinggi Langit" yang berisikan cerita para perempuan peneliti Indonesia pemenang For Women in Science, program besutan L'Oréal dan UNESCO.
Saat ini, Angkie sedang sibuk-sibuknya menjalankan bisnis sosial "Thisable Enterprise" yang ia dirikan bersama dua rekannya.