Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Studi Global Burden of Disease (GBD) yang dikoordinasikan bersama Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), di Indonesia menyampaikan fakta negatif penggunaan tembakau. Tumbuhan yang diracik dalam bentuk rokok ini menyebabkan hampir 200.000 kematian.
Tidak hanya itu, tembakau menyebabkan 9,1 persen berkurangnya usia, dan 7,2 persen masalah kesehatan. Estimasi ini tidak termasuk berbagai penyakit sebagai efek dari perokok pasif.
"Pengawasan tembakau, sangatlah penting terutama di negara-negara dimana jumlah perokok mengalami peningkatan," kata Alan Lopez, Laurate Professor di University of Melbourne dalam keterangannya, Kamis (9/1/2014).
Dikatakannya, setengah perokok akan meninggal dunia disebabkan oleh tembakau, peningkatan jumlah perokok berarti semakin tinggi pula angka kematian dini dalam kehidupan kita.
Emmanuela Gakidou, Professor of Global Health and Director of Education and Training in IHME menyatakan, perubahan dalam prevalensi tembakau biasanya berlangsung lambat, memperjelas bahwa hal ini merupakan kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
"Tapi kami tahu dari tren global yang terjadi, bahwa kemajuan pesat pun bisa saja terjadi. Jika banyak negara dapat mengulangi kesuksesan yang terjadi di Norwegia, Meksiko dan Amerika Serikat, kita semua dapat menyaksikan berkurangnya penyakit akibat merokok," katanya.