News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Teknik Laparoskopi Membuat Pendonor Ginjal Lebih Cepat Pulih

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM - Mendonorkan ginjal kini jauh lebih nyaman dengan teknik laparoskopi. Dengan teknik ini, masa pemulihan pendonor pasca operasi akan lebih cepat.

Demikian disampaikan Dr. Chaidir A. Mochtar, Ketua Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) Jakarta, saat temu media Pencapaian Tindakan ke-100 Transplantasi Ginjal dengan Teknik Laparoskopi di RSCM, Rabu (5/2/2014).

Ia mengatakan teknik ini memungkinkan para pendonor merasa nyaman pasca menyumbangkan ginjalnya bagi pengidap penyakit ginjal kronik (PGK).

"Keuntungan bagi pendonor adalah mengurangi nyeri pasca operasi, mengurangi lama perawatan di RS, jumlah darah yang hilang lebih sedikit ketika operasi, masa penyembuhan yang lebih cepat, kosmesis yang lebih baik sehingga pasien dapat kembali beraktivitas lebih cepat. Sebagian besar pasien pulang pada H+3 sampai dengan H+4," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Endang Susalit menuturkan transpalasi ginjal  adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi PGK. Sayang, cara ini belum begitu berkembang di Indonesia.

Menurut Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, manfaat dan keunggulan transplantasi ginjal sudah terbukti lebih baik dibandingkan dengan dialisis dalam segi prosedur.

"Transplantasi ginjal merupakan cara penanganan gagal ginjal yang paling ideal karena dapat mengatasi seluruh jenis penurunan fungsi ginjal, sementara dialisis hanya mengatasi sebagian jenis penurunan fungsi ginjal," lanjutnya.

Ia mengatakan transplantasi ginjal telah menjadi terapi pengganti utama pada pasien gagal ginjal hampir di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, lanjut Endang, masih banyak jumlah pasien gagal ginjal yang belum tersentuh dan mendapat terapi pengganti atau tidak terdiagnosis sebagai pasien gagal ginjal. Untuk penangan penyakit ini, hemodialisis dan sebagian dialisis peritoneal masih menjadi pelihan. Tercatat sekitar 25 ribu pasien gagal ginjal di Indonesia bertambah setiap tahunnya.

Ada beberapa hal yang menurutnya menjadi penyebab perkembangan transplantasi ginjal di Indonesia begitu lamban bila dibandingkan dengan negara lain.

Salah satunya adalah transplantasi ginjal baru dilaksanakan dari donor hidup, sedangkan transplantasi dari donor jenazah belum terlaksana.

Di samping itu, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mengenal transplantasi organ sehingga masih apatis terhadap kegiatan transplantasi organ.

Transplantasi komersial di Indonesia juga masih dilarang sehingga hanya pasien yang mampu saja yang berusaha mendapatkan ginjal di luar negeri.

"Harga obat imunosupresif yang mahal juga menghambat upaya pengembangan transplantasi ginjal," katanya.

Ia berharap dengan suksesnya RSCM melakukan transpalasi ginjal dengan teknik laparoskopi dalam 2 tahun terakhir dapat mendorong masyarakat untuk mendonorkan ginjalnya.

Disampaikan Dr.dr. Nur Rasyid, SpU (Ketua Departemen Urologi RSCM-FKUI), prosedur laparoskopi yang diterapkan di RSCM merupakan Laparaskopi tingkat advanced.

"Laparoskopi umumnya hanya mengangkat jaringan untuk dibuang (seperti tumor) sementara pada laparoskopi transplantasi, jaringan yang diambil harus tetap baik karena akan digunakan kembali oleh recipient (penerima organ donor)," ucapnya.

Ia menjelaskan seorang dokter dapat mengerjakan laparoskopi transplantasi bila sudah mahir melakukan laparoskopi biasa.

"Proses Laparoskopi transplantasi ginjal, memiliki keterbatasan waktu yaitu sejak pembuluh darah diikat sampai keluar harus di bawah 10 menit dan RSCM mampu melakukan hal ini rata-rata dibawah 5 menit," terangnya. (Tribun Jakarta/Daniel Ngantung)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini