TRIBUNNEWS.COM - Gemerlap kompleks lokalisasi pelacuran Dolly menyimpan cerita kelam soal kehidupan anak-anak. Sebagian anak lulusan sekolah dasar mengaku sudah akrab dengan kehidupan seks, rokok, dan minuman keras.
Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Krisis Berbasis Masyarakat (PKBM) Cahaya Mentari yang beroperasi di wilayah Dolly dan Jarak, perilaku anak-anak di bawah umur itu muncul karena mereka sudah terlalu akrab dengan dunia pelacuran.
"Sebagian dari mereka juga lahir dari keluarga yang dekat dengan dunia lokalisasi, seperti anak PSK yang ditinggal pergi oleh ayahnya," kata Ketua PKBM Cahaya Mentari, Mariani Zaenal, Rabu (2/7/2014).
Berdasarkan rekam kasus yang ditanganinya selama beberapa tahun terakhir, anak-anak tersebut juga mengaku kerap berganti-ganti pacar, dan di gadget mereka selalu tersimpan gambar atau foto yang berbau porno. "Bahkan ada anak yang sudah ketagihan melakukan seks setiap hari," ujar dia.
Mariani mengakui, problem yang dihadapi anak-anak di kawasan pelacuran sangat kompleks. Setiap hari mereka disuguhi pemandangan dan lingkungan yang tak patut. Hal itulah yang diyakini menjadi penyebab anak-anak dan remaja di sana melakukan perbuatan yang menyimpang.
Pasca-penutupan kompleks Dolly dan Jarak pada 18 Juni lalu, pihaknya bersama Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Surabaya lebih proaktif mendeteksi problem anak yang terdampak aktivitas prostitusi.
Pemkot akan menjalankan program penguatan karakter, khusus bagi anak-anak yang tinggal di kawasan lokalisasi pelacuran. Program tersebut diharapkan dapat membantu membuang memori kelam yang sebetulnya belum layak dikonsumsi oleh anak di bawah umur. (Achmad Faizal)