Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia dikagetkan kabar meninggalnya aktor dan komedian legendaris Robin Williams, Selasa (12/8/2014). Ia ditemukan tewas di kediamannya di California, AS.
Kabar terakhir, polisi mengonfirmasi bintang film "Jumanji" dan "Mrs. Doubtfire" itu meninggal lantaran mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri. Polisi juga menemukan luka sayatan di pergelangan tangannya.
Dunia perfilman Hollywood dan penggemar berkabung sekaligus tak percaya bila Robin yang dikenal sebagai sosok periang itu memiliki niatan untuk menyudahi nyawanya dengan cara yang tragis.
Depresi yang dialami sang aktor diduga menjadi pemicunya.
Dr.dr.Nurmiati Amir, SpKJ (K), mengatakan depresi merupakan bagian dari masalah gangguan jiwa (biasanya bipolar) yang apabila tidak mendapatkan perhatian dan pengobatan khusus dapat memicu pasien menyakiti dirinya, salah satunya bunuh diri.
Ciri-ciri orang depresi antara lain suasana hatinya yang jelek, cemas setiap saat, selalu muram, malas beraktivitas, terkadang emosi meledak-ledak, dan merasa tidak berdaya karena sangat tertekan.
"Sampai-sampai mau mengangkat sendok pun susah saking tak berdayanya," ujar Nurmiati usai diskusi yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Rabu (13/8/2014) siang.
Masalah pekerjaan, percintaan, dan lingkungan, lanjut Nurmiati, bisa menjadi penyebab seorang depresi.
Penanganan dapat melalui terapi dengan psikiater sekaligus mengonsumsi obat secara berkala untuk mengurangi episode depresi.
Dalam upaya penyembuhan pasien, Nurmiati menekankan pentingnya peran orang-orang terdekat, khususnya sahabat.
"Seorang sahabat bisa menjadi sosok yang dapat memotivasi pasien untuk sembuh," ujar Nurmiati usai diskusi yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Rabu (13/8/2014) siang.
Apakah salah seorang kawan atau sahabat Anda menderita depresi? Tentunya kita tak mau hidup sahabat kita berakhir sama seperti Robin, lalu Anda menyesal lantaran tidak bisa berbuat apapun.
Lantas kontribusi apa yang dapat kita berikan demi kesembuhan sahabat?
Tak mudah untuk meyakinkan seorang dengan depresi untuk menjalani pengobatan. Mereka menolak karena merasa tak membutuhkannya. Pendekatan yang salah malah bisa menyinggung perasaan mereka.
"Pertama bangun keterbukaan dan trust (kepercayaan). Timbulkan kepercayaan bahwa mereka bisa mengandalkan kita untuk membantunya sembuh," ujarnya.
Untuk membangun kepercayaan itu, butuh kesebaran dan empatik.
"Ketika emosi mereka tiba-tiba meledak, Anda harus mengerti bahwa yang marah itu adalah penyakitnya bukan teman Anda," kata Nurmiati.
Berhasil mendorong mereka berobat, bukan berarti "pekerjaan" Anda telah usai. Nurmiati menyarankan Anda untuk smendampinginya selama masa pengobatan mengingat obat yang dikonsumsi bersifat jangka panjang dan kontinu. Caranya, mengingatkan mereka untuk mengonsumsi, terutama sama episode depresi menyerang.
"Saat pasien mulai merasa cemas dan depresi, sahabat tentunya dapat menjadi tempat curhat yang efektif karena terkadang lebih nyaman curhat dengan sahabat daripada orang tua," ujarnya.