TRIBUNNEWS.COM - Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker. Tetapi dibanding dengan pria ternyata wanita yang kegemukan lebih berisiko kanker.
Lemak tubuh yang berlebihan adalah penyebab langsung empat dari 10 kasus kanker rahim. Mereka yang memiliki indeks massa tubuh 25 atau lebih, berisiko tiga kali lipat dibandingkan wanita dengan berat badan ideal. Angka mengkhawatirkan ini diterbitkan pekan lalu oleh World Cancer Research Fund dalam jurnal Lancet Onkologi.
BMI yang tinggi atau obesitas secara signifikan dapat meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita pasca-menopause serta kanker usus besar. Kegemukan juga meningkatkan risiko kanker pankreas, esofagus (kerongkongan) dan kanker ginjal pada pria dan wanita.
Para ilmuwan melaporkan bahwa 20.000 kasus kanker di Inggris setiap tahun secara langsung terkait dengan obesitas.
"Tapi bagaimana obesitas dapat meningkatkan angka kejadian kanker adalah 'subjek perdebatan yang sengit di komunitas klinis dan ilmiah’," kata Profesor Nicholas Lemoine, direktur Institut Kanker Barts di Universitas Queen Mary, London.
Dibanding dengan pria, wanita yang obesitas lebih berisiko mengalami kanker. Setiap tahunnya di Inggris, 13.000 wanita menderita kanker yang berkaitan dengan kegemukan, dua kali lipat dari pada para pria. Dua jenis kanker yang umum adalah kanker rahim dan kanker payudara pascamenopause.
Total dari 13.000 wanita per tahun mengidap kanker yang berhubungan dengan obesitas, dua kali dari jumlah pria yang terkena kanker. Para ahli menduga, hormon estrogen, terutama setelah menopause, bisa jadi pemicunya.
Sebelum menopause, hormon estrogen dibuat oleh ovarium untuk menebalkan lapisan rahim dalam persiapan untuk ovulasi. Setiap bulan, progesteron juga diproduksi untuk memudahkan lapisan rahim luruh saat menstruasi.
Estrogen juga dibuat oleh lemak tubuh pada wanita. Makin banyak sel lemak yang dimiliki, makin banyak estrogen yang diproduksi.
"Setelah menopause, wanita dengan lemak tubuh berlebih akan terus memproduksi estrogen dalam jumlah tinggi dan ini akan melapisi dinding rahim. Padahal, tidak ada efek pengaruh progesteron. Ini kemungkinan akan memicu kanker rahim," kata Dr Matthew Lam, peneliti.
Paparan hormon estrogen yang tinggi setelah menopause juga akan merangsang pertumbuhan sel abnormal di payudara, sehingga memicu pertumbuhan estrogen yang responsif kanker payudara.
Penjelasan ini juga didukung oleh program penelitian besar di Amerika Serikat dan Swedia sejak tahun 2009, dimana para ilmuwan melacak kanker yang berhubungan dengan obesitas dalam dua kelompok pasien satu yang pernah melakukan operasi pengikatan usus untuk penurunan berat badan, dan yang tidak.
Dalam studi Swedia, perempuan yang melakukan operasi tersebut lebih kecil kemungkinannya untuk mengidap kanker yang berhubungan dengan obesitas. Risikonya lebih rendah 42 persen.
Namun studi melaporkan pola yang berbeda pada pria, dimana estrogen bukan merupakan faktor timbulnya kanker.
Distribusi lemak yang berbeda pada tubuh pria dan wanita juga bisa menjelaskan mengapa para pria lebih berisiko menderita kanker di area tubuh yang dekat dengan perut. Ini karena lemak pada pria biasanya menumpuk di bagian perut, sementara wanita menyebar di semua bagian tubuh. (Eva Erviana)