TRIBUNNEWS.COM - Bagi umat Muslim sunat pada laki-laki adalah sesuatu yang wajib. Namun perdebatan mengenai manfaat sunat sudah terjadi cukup lama di kalangan dokter di negara maju.
Meski demikian, kini para dokter di Amerika Serikat sepakat pada kesimpulan bahwa manfaat sunat jauh lebih besar dari pada risikonya. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bahkan mengeluarkan panduan mengenai sunat. Ini adalah pertama kalinya Pemerintah AS merilis sebuah laporan mengenai sunat.
CDC juga mengatakan sunat dapat menurunkan risiko pria dari penyakit menular seksual, seperti kanker penis dan bahkan infeksi saluran kemih. Prosedur ini dilakukan karena kuman dapat tumbuh di bawah kulup.
Pedoman baru tersebut dikeluarkan setelah para ahli melakukan kajian selama tujuh tahun, termasuk sekelompok studi di Afrika yang menunjukkan sunat dapat membantu menghentikan penyebaran virus AIDS.
"Manfaat sunat laki-laki semakin lebih jelas selama sepuluh tahun terakhir," kata Dr Aaron Tobian, seorang peneliti dari Universitas Johns Hopkins yang terlibat dalam salah satu studi Afrika.
Di Amerika Serikat, sunat dilakukan begitu bayi laki-laki dilahirkan. Dalam panduan baru tersebut, CDC mengatakan bahwa beberapa manfaat sunat, antara lain:
- Menurunkan risiko pria terkena HIV dari pasangan wanita yang terinfeksi antara 50 sampai 60 persen.
- Mengurangi risiko herpes genital dan strain tertentu dari human papillomavirus sebanyak 30 persen atau lebih.
- Menurunkan kemungkinan infeksi saluran kemih pada masa bayi, dan kanker penis di masa dewasa.
Meski demikian, penelitian tidak menunjukkan bahwa sunat bisa bisa mengurangi risiko pria yang terinfeksi HIV untuk menyebarkan virusnya pada pasangannya. Selain itu, sunat juga tidak menghentikan penyebaran HIV pada sesama jenis.
CDC juga merekomendasikan dokter untuk memberitahu orang tua dari bayi laki-laki mengenai manfaat dan risiko sunat, tetapi tidak merinci bagaimana informasi yang harus disajikan.
Karena sunat dapat bermanfaat bagi laki-laki juga, CDC mengatakan informasi prosedur sunat juga harus diberikan kepada laki-laki yang aktif berhubungan seksual namun tidak disunat, terutama laki-laki yang dianggap lebih berisiko tertular HIV. (Eva Erviana)