TRIBUNNEWS.COM - Organ yang berfungsi membuang limbah tubuh tertentu, terutama pigmen hasil pemecahan sel darah dan kelebihan kolesterol serta membantu penyerapan lemak akan bekerja ekstra.
Bila konsumsi lemak, kolesterol serta minyak dalam kadar banyak dan jangka waktu lama dapat mengakibatkan timbulnya batu di empedu.
“Jadi, batu empedu itu timbul dari timbunan kristal. Bisa di kantung maupun saluran empedu,” ujar dokter spesialis penyakit dalam RS PKU Muhammadiyah Solo, dr Wahyu Aji W MSc SpPd
Konsumsi makanan “enak” memang tidak berdampak langsung, melainkan bersifat akumulatif. Penderita batu empedu biasanya tidak sadar jika ada penyakit itu di tubuhnya. Biasanya, penderita hanya merasakan gejala-gejala seperti maag.
“Pasien yang mengalami gejala ringan ditandai dengan rasa sakit di perut seperti maag. Letaknya di perit kanan bagian atas. Namun, sifatnya kambuhan atau hilang muncul. Rata-rata sakit itu selama 15 menit hingga satu jam. Setelah sembuh, di kemudian hari akan muncul rasa sakit yang sama,” katanya lagi.
Biasanya, lanjut dia, pasien dapat berobat mengira kalau sakit maag. Namun, dokter tidak bisa langsung mendiagnosis batu empedu tanpa melakukan pemeriksaan.
Biasanya, pasien diminta melakukan cek darah untuk melihat tingkat bilirubin, biliverdin dan urobilin dan enzim empedu lainnya. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) maupun Computerized Axial Tomografi ( CT SCAN).
Bagi penderita batu empedu yang sudah parah, pasien akan lebih merasa kesakitan. Tidak hanya itu, timbul juga gejala seperti sakit kuning, yakni kulit dan mata menjadi kuning, kencing gelap seperti teh, gatal-gatal, mual dan muntah. “Pasien juga akan mengalami demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius,” ujarnya.
Murniati/Joglosemar