Asumsinya, pekerja seks dan sopit truk berpeluang lebih tinggi terinfeksi HIV. Ternyata, menurut Laporan HIV Kementerian Kesehatan pada Agustus 2015, ibu rumah tangga, wiraswastawan, dan karyawan, adalah kalangan yang menurut profesinya paling banyak menderita HIV.
"Siapa pun sebisa mungkin melakukan tes HIV," kata Sjamsuridjal.
Sjamsuridjal mengajak siapa pun memerangi HIV, termasuk perusahaan yang mempekerjakan karyawan. Biaya HIV yang ditanggung pemerintah cukup tinggi. Tahun 2014, pemerintah menghabiskan Rp 200 miliar hanya untuk obat ARV.
"Kalau swasta keuntungan bertriliun-triliun, mereka harusnya bisa berperan serta.
Kepada media, Sjamsuridjal menekankan pentingnya peran memberi informasi, bukan hanya menyuguhkan perdebatan dan isu soal kebijakan.