TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Orang yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas dapat memicu stress pada sendi lutut.
Bahkan, ini terjadi saat melakukan aktivitas sederhana seperti jalan kaki, naik dan turun tangga.
Dari beberapa literatur medis dikatakan bahwa obesitas akan mempercepat terjadinya osteoarthritis, karena mempercepat kerusakan cartilage (bantalan sendi).
Faktor yang dapat meningaktkan risiko terjadinya nyeri lutut, adalah berkurangnya kekuatan otot yang berperan penting dalam terjadinya cidera lutut.
Otot-otot yang lemah di sekitar sendi tidak mampu menopang beban sendi, dikarenakan tidak memiliki kemampuan dalam menyerap beban tubuh yang selanjutnya mengakibatkan stress pada persendian termasuk sendi lutut.
Riwatan cidera lutut juga memunculkan risiko serupa karena seseorang yang pernah mengalami cidera pada lutut akan memperbesar risiko cidera kembali terulang.
Pakar Nyeri dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Jakarta, dr Ade Sri Wahyuni SpRM penting untuk melakukan pemeriksaan fisik pada penderita nyeri lutut, karena hal ini menentukan terapi yang selanjutnya diberikan pada pasien.
Dokter akan melihat apakah terjadi pembengkakan, kemerahan dan beberapa tanda lain seperti keterbatasan gerak sendi lutut.
"Pada beberapa kasus, dokter mungkin menganjurkan dilakukannya test pencitraan, yang meliputi pemeriksaan menggunakan x-ray, computerized tomography (CT) scan, USG (ultrasound) dan magnetic resonance imaging (MRI)," katannya.
Pemeriksaan laboratorium dapat saja dilakukan, hal ini jika dokter mencurigai adanya kemungkinan infeksi atau gout.
Pemeriksaan laboratorium dapat menggunakan sampel darah pasien atau melakukan athrocentesis, yakni sebuah prosedur yang dilakukan untuk mengambil cairan sendi lutut menggunakan jarum suntik, untuk keperluan pemeriksaan laboratorium.
Terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri lutut sangat bervariasi, tergantung penyebab yang mendasari terjadinya nyeri lutut.
“Untuk kasus nyeri lutut yang ringan, dengan hanya mengistirahatkan lutut dari aktivitas berat dapat mengurangi intensitas nyeri. Begitu juga pada mereka dengan obesitas, sangat dianjurkan untuk melakukan diet untuk mengurangi berat badan,” ujar dr. Ade Sri Wahyuni SpRM, dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Jakarta.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kompres dingin menggunakan es, untuk mengurangi nyeri dan mengurangi pembengkakan.
“Dilakukan setidaknya 15-20 menit setiap 3-4 jam selama kurang lebih 2-3 hari hingga gejala nyeri hilang,” tambah dr. Ade.
Beberapa alat bantu seperti elastic bandage, straps juga dapat membantu penyembuhan nyeri lutut derajat ringan.
Dokter ahli nyeri mungkin menganjurkan dilakukan penyuntikan kortikosteroid, asam hialuronic dan platelet-rich plasma (PRP) langsung ke sendi lutut.
“Baik suntikan kontikosteroid maupun asam hialuronic keduanya terbukti mampu menghilangkan gejala nyeri dengan segera, serta mengurangi inflamasi pada sendi lutut.," katanya.
Sementara PRP saat ini masih terus dilakukan penelitian, terutama perannya pada nyeri lutut yang disebabkan osteorathritis.