TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Obesitas di dunia meningkat dengan cepat dalam kurun 40 tahun terakhir.
Studi dilakukan di 186 negara menunjukkan jumlah orang obesitas tahun 1975 ialah 105 juta orang, sedangkan 2014 yaitu 641 juta orang (penelitian Prof. Majid Ezzati College London).
Dalam penelitian Data Riset Kesehatan Dasar pada 2013 menyimpulkan bahwa, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 19 negara dengan tingkat obesitas paling tinggi di seluruh bagian dunia, dan DKI Jakarta memiliki prevalensi obesitas tertinggi (39,7%).
Menurut Jensen Ongko, Fitnes and Health Educator pola makan merupakan salah satu faktor utama penyebab obesitas.
Konsumsi makanan cepat saji dan minuman manis, membuat obesitas menjadi masalah sejak anak-anak.
"Untuk itu, perubahan pola pikir dan pola makan yang seimbang menjadi kunci untuk menciptakan budaya hidup sehat," tambahnya, dalam konferensi pers pemutaran film Indonesia XXL, FX Mall Jakarta, Selasa (23/8/2016).
Di waktu bersamaan, dengan pakaian serba hitam dan kalung yang melingkari leher, Neneng tampil berbeda dihadapan awak media setelah pemutaran Film Indonesia XXL.
Saat ini berat badan Neneng 90 kg, sebelumnya berat badannya bekisar 120 kg pada tiga bulan lalu.
"Dukungan besar yang diberikan oleh para dokter dan ahli memberikan kekuatan dan mengukuhkan tekad saya untuk membangun budaya hidup sehat," ujar Neneng tersenyum.
Neneng menderita penyakit obesitas dikarenakan pola hidup yang tidak sehat dan adanya faktor keturunan.
"Faktor keturunan memang ada, itu hanya kecil dalam persenan. Terpenting ialah bagaimana kita keep moving, dan perlu menjaga pola makan," ujar pria berkacamata itu.
Jensen juga menyebut, masyarakat urban sangat sulit untuk dapat bergerak secara bebas.
"Seperti semakin sesaknya orang di kota dan kemajuan teknologi, kita hanya bergerak sedikit dan lebih banyak duduk dan menunggu," tambahnya.
Apa itu Obesitas ?
Menurut Jensen, Obesitas atau kegemukan merupakan keadaan yang menunjukan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan.
"Karena rendahnya keseimbangan antara asupan energi dengan energi yang dikeluarkan sehingga kadar lemak dalam tubuh melampaui ukuran nb ideal (14%-19%)," tambahnya.
Ia menambahkan kadar lemak yang terus meningkat hingga menumpuk dalam tubuh merupakan masalah yang sangat serius.
"Jika kondisi ini dibiarkan maka akan membuat tubuh menjadi sangat gemuk (overweight)," ujar Jensen.
Lanjutnya, seseorang dapat dinyatakan obesitas salah satunya dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu perhitungan menggunakan indikator berat tubuh (satuan kilogram) per tinggi badan (dalam meter kuadrat).
"Perhitungan ini dapat menjadi alat pemantau berat badan ideal) proposional dan status gizi secara mudah dan sederhana," ungkap pria yabg memakai kemeja putih berdasi hitam.
Jenis-jenis Obesitas Berdasarkan Tipe Sel
Ahli Fitnes and Health Educator, Jensen Ongko mengatakan ada tiga tipe obesitas berdasarkan sel dalam tubuh manusia.
Pertama, tipe Hiperplastik yaitu, obesitas yang terjadi karena jumlah sel melebihi normal namun masih dalam ukuran sel yang normal.
"Biasanya terjadi pada anak-anak," tambahnya.
Selanjutnya tipe Hipertropik, merupakan obesitas yang terjadi karena ukuran sel melebihi ukuran normal, biasanya terjadi saat dewasa.
Lalu terakhir tipe Hiperplastik dan Hipertropik, tipe ini dikarenakan jumlah dan ukuran sel melebihi normal, terjadi sejak masa kanak-kanak dan akan terus berlangsung sampai dewasa.
"Sehingga usaha unum menurunkan jumlah berat badan pada tipe ini cenderung lebih sulit,"
Jenis-jenis Obesitas Berdasarkan Lemak Tubuh
Obesitas yang ditandai dengan penumpukan lemak pada tubuh bagian atas mulai dari wajah, leher, pundak, dada, bahu sampai lengan, tengkuk dan perut, diimbangi dengan tubuh bagian bawah melebar adalah obesitas tipe buah Apel (Android).
"Karakter lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh maka memiliki potensi risiko lebih tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan metabolisme lemak dan glukosa," ujar Jensen.
Selanjutnya ada tipe buah pir (ginoid). Obesitas ini ditandai penumpukan lemak pada tubuh bagian bawah, terfokus di area pinggang dan sekitarnya yang cenderung melebar dan bergelambir.
Menurut Jensen karakter lemak yang menumpuk adalah lemak tak jenuh, sehingga relatif lebih aman.
"Namun lemak tak jenuh lebih sulit untuk diatasi, biasanya dialami wanita," tutupnya. (M12)
---