News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inilah 4 Metode Menghitung Tanggal Kelahiran Bayi

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengetahui perkiraan tanggal kelahiran bayi kita selain bertujuan agar orang tua siap secara psikis maupun materi, juga untuk meminimalisasi risiko terjadinya gawat janin akibat keracunan ketuban, yang biasa terjadi pada kelahiran lewat bulan.

"Normalnya, kehamilan itu berlangsung antara 37 sampai 42 minggu. Ini adalah angka ideal untuk memperkirakan kesejahteraan janin di dalam kandungan sang ibu," ungkap dr Budi Wiweko SpOG, spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Pada masa kehamilan ideal tadi, diperkirakan suplai darah dari ibu ke janin relatif masih cukup baik, untuk menjamin keberlangsungan hidup janin dalam kandungan.

Jika telah lewat dari 40 minggu, risiko terjadinya penyempitan pembuluh darah ke janin, air ketuban kurang, serta suplai makanan dan oksigen ke janin berkurang, juga semakin besar.

Hal ini akan membuat janin berisiko mengalami stres, BAB sebelum waktunya, air ketuban menjadi keruh, dan risiko janin menghirup air ketuban keruh yang bisa menyumbat paru-parunya.

Selain itu, aliran darah juga bisa menjadi tidak lancar karena fungsi plasenta yang semakin menurun sehingga janin berisiko mengalami hipoksia (kekurangan oksigen), sampai terjadi gawat janin.

Karena berkaitan langsung dengan risiko kesehatan yang bisa menimpa janin, sebaiknya para calon orangtua, khususnya ibu, perlu mengetahui perkiraan lahir sang buah hatinya.

Untuk memperkirakan waktu kelahiran bayi ini bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut.

1. Menghitung Haid Terakhir

Caranya, pertama-tama yaitu dengan menambahkan 7 angka dari tanggal hari pertama haid terakhir.

"Jika misalnya sang ibu mengalami haid terakhir bulan Juni tanggal 1 sampai tanggal 5. Artinya, tanggal 1 ditambah angka 7, menjadi tanggal 8," ungkap Budi menjelaskan.

Lalu, dari bulan haid terakhir dikurangi 3 bulan. Jadi, jika haid terakhirnya jatuh di bulan Juni, perkiraan bulan kelahiran adalah bulan Maret.

Dan langkah terakhir, dari tahun terlambat haid, ditambah angka 1. Jadi, bila haid terakhir terjadi di bulan Juni tahun 2008. Perkiraan lahir adalah bulan Maret 2009.

Namun, Budi mengatakan, penghitungan secara matematis ini hanya bisa dilakukan pada para perempuan dengan siklus haid yang teratur, yaitu sekitar 28 sampai 30 hari.

Hal ini mengingat pembuahan hanya terjadi pada masa subur, yang diperkirakan 14 hari sebelum menstruasi datang.

Dengan siklus haid 28 hari, tentunya bisa diketahui, ketika terlambat datang bulan, artinya sang ibu sudah mengalami pembuahan selama 2 minggu.

Sebaliknya, pada perempuan yang memiliki siklus haid tidak teratur, lanjut Budi, tentu saja tak bisa diprediksi dengan cara yang sama seperti ini.

2. Ultra Sonografi

Melakukan USG (ultra sonografi) pada trimester pertama kehamilan, memiliki tingkat akurasi ketepatan perkiraan lahir yang tinggi.

"Tingkat kesalahan USG yang dilakukan sejak dini bisa sangat kecil, sampai dibawah 10 persen. Jadi, begitu tahu sang ibu positif hamil, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan atau bidan, dan lakukan pemeriksaan dengan USG," ujar Budi mengingatkan.

Dengan USG, dokter akan mengukur CRL (crown rump length) atau ukuran panjang dari kepala hingga pantat janin, panjang tulang paha, juga diameter kepala janin, untuk menentukan usia kehamilan.

Dari hasil penghitungan usia kehamilan yang didapat, baru kemudian dibulatkan menjadi 37 minggu, atau perkiraan masa kehamilan ideal. Sehingga, didapat perkiraan kelahiran secara presisi.

"Tak perlu khawatir jika terlambat melakukan USG. Walaupun usia kehamilan sudah masuk trimester kedua, USG tetap akurat melakukan penghitungan perkiraan kelahiran. Jika melesat, ya sekitar 20 persen saja," papar Budi.

3. Awal Pergerakan Janin

Sebagai calon ibu, pasti akan sangat memerhatikan perkembangan janin di dalam kandungan sejak awal.

Walaupun tak bisa melihat secara langsung, setiap orang tua pasti ingin selalu memperhatikan tahap demi tahap perkembangan calon buah hatinya.

Hal inilah yang membuat calon orang tua begitu waspada pada setiap tanda-tanda yang ditunjukkan sang janin dari dalam kandungan.

Tanda-tanda dari dalam kandungan ini, menurut Budi, juga bisa dijadikan patokan usia kehamilan, sebagai tambahan penghitungan perkiraan kelahiran.

"Saat kehamilan berusia sekitar 16 minggu, disinilah biasanya pertama kali seorang ibu merasakan gerakan janin untuk yang pertama kalinya," ungkapnya.

4. Posisi Puncak Rahim

Pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh bidan atau dokter kandungan dengan menghitung puncak rahim juga bisa dijadikan tambahan referensi penghitungan perkiraan lahir.

Caranya, dengan melakukan pengamatan dan perabaan, untuk memperkirakan tinggi puncak rahim. Ketika rahimnya sebesar telor bebek, diperkirakan kehamilannya berusia 8 minggu.

Ketika tinggi rahim berada di tengah-tengah, antara pusat dan tulang kemaluan, artinya kehamilan sudah mencapai 16 minggu.

Jika puncak rahim sudah setinggi pusar, maka diperkirakan kehamilan sudah mencapai usia 24 bulan.

Jika puncak rahim sudah mencapai posisi di tengah-tengah antara pusat dan tulang dada paling bawah, maka diperkirakan usia kehamilan sudah mencapai 28 minggu.

Jika puncak rahim sudah mencapai tulang dada terakhir, artinya kehamilan sudah mencapai usia 36 minggu.

Namun, perkiraan dengan melihat puncak rahim ini sifatnya sangat teknis dan subyektif. Metode ini tidak bisa diberlakukan untuk menghitung waktu lahir pada kehamilan kembar, atau janin yang terlalu besar.

Penulis: Laili Damayanti

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini