Dilansir dari Fox News, ada beberapa gejala yang ditunjukkan saat seseorang mengalami SAD.
Misalnya lesu di pagi hari, sulit tidur, suasana hati tertekan, perasaan antisosial, mudah marah, atau mudah tersinggung.
Salah satu cara terbaik untuk menangani SAD, selain berkomunikasi dengan keluarga, adalah melakukan terapi cahaya.
Hal ini direkomendasikan mengingat SAD lebih banyak muncul saat musim gugur dan musim salju, kemudian hilang ketika musim semi dan musim panas tiba.
Perlu dicatat, SAD dapat berkembang menjadi depresi yang parah.
Apabila sudah begini, SAD akan mempengaruhi kesehatan secara menyeluruh dan memengaruhi kondisi normal otak.
Semakin lama seseorang tertekan, maka semakin sulit untuk tidak merasa tertekan.
SAD juga disebut sebagai ketidakseimbangan kimia dalam otak yang dipicu oleh hilangnya matahari.
Penelitian terbaru yang sudah dilaporkan di NIH juga berkata bahwa kekurangan vitamin D juga dapat memicu gejala depresi. Setidaknya, manusia perlu mendapat suplemen vitamin D atau terpapar sinar matahari minimal selama satu jam agar terhindar dari SAD.
"Orang dengan SAD juga memiliki ketidakmampuan untuk mengatur neurotransmitter yang bertanggung jawab atas mood, serotonin dan kelebihan produksi hormon melatonin, yang mengatur siklus tidur. Ini menjelaskan mengapa orang dengan SAD sering lelah," kata Dr Sanam Hafeez PsyD, psikolog klinis berlisensi berbasis di New York, dilansir dari Fox News, Selasa (19/12/2017).
SAD ini disebut memiliki dampak buruk dan mempengaruhi hubungan sosial, hubungan pribadi, dan kesehatan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, Sanam menyarankan untuk tidak menyepelekan penyakit ini. (Gloria Setyvani Putri/Kompas.com)