Selain itu, berdasar data yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan, kasus difteri yang ditemukan sepanjang 2017 ternyata tidak terbatas pada usia.
Difteri yang mewabah pada tahun ini, lebih sering menyerang anak-anak yang memiliki usia di bawa 12 tahun dibanding usia dewasa.
Saat wabah itu menyerang anak-anak, dampaknya pun bisa lebih fatal.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Ilham Oetama Marsis menegaskan dalam menangkal bakteri ganas tersebut, perlu dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI).
Oleh karena itu ia meminta seluruh masyarakat terutama para orangtua untuk segera memberikan imunisasi pada anak mereka.
"ORI adalah upaya pemberian imunisasi tambahan untuk meningkatkan kekebalan komunitas agar masyarakat terutama anak-anak (yang tinggal) di daerah ORI, terhindar dari penyakit difteri yang sangat menular itu," kata Ilham.
Ilham menegaskan untuk memenuhi syarat kekebalan komunitas, pihaknya menargetkan imunisasi dilaksanakan 100 persen.
Namun pelaksanaan yang diharapkan bisa dilaksanakan 100 persen itu masih jauh dari harapan.
Dari waktu dimulainya imunisasi yakn pada 11 Desember lalu, di Jawa Barat pelaksanaan imunisasi belum mencapai 20 persen, sedangkan di DKI Jakarta hanya dilaksanakan di Jakarta Utara dan Jakarta Barat.
Kurang tanggapnya masyarakat dinilai menjadi salah satu penyebabnya, menurut Aman, pelaksanaan ORI difteri seharusnya tidak hanya dibebankan pada Puskesmas saja, namun juga masyarakat yang memiliki anak harus tanggap terhadap penyakit menular tersebut.
Sejumlah Rumah Sakit Daerah Tercatat Merawat Pasien Difteri
Kepala bagian Humas Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang, Sumatra Selatan, Hidayati, menyebut saat ini ada 4 pasien diduga terkena difteri yang dirawat di rumah sakit.
Sementara di Bali, sejauh ini sudah ada 3 warga yang diduga terkena wabah tersebut, ketiganya kini dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
Kemudian Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat juga akhirnya menetapkan bahwa KLB difteri telah tejadi di wilayah tersebut.