News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Produk Tembakau Alternatif, Antara Inovasi dan Kontroversi

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM - Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) tengah melakukan penelitian lebih jauh mengenai potensi manfaat ataupun kerugian yang dibawa oleh produk tembakau yang dipanaskan, salah satunya adalah rokok elektrik.

Scott Gottlieb, Komisaris FDA, menyatakan, FDA akan terus menjalankan rencananya dalam meregulasi level nikotin dari berbagai rokok konvensional dan meminimalisir jumlah zat adiktif dengan tujuan untuk membuat perokok berpindah dari produk rokok konvensional ke produk yang lebih rendah risiko.

“Kami tahu bahwa akan ada perokok dewasa yang masih membutuhkan akses terhadap nikotin. Jika kita hanya akan berfokus untuk mengurangi kadar nikotin sampai minimial atau tidak menjadi adiktif, maka darimana mereka akan mendapatkan akses ke nikotin yang dibutuhkan?” tanya Gottlieb.

Gottlieb juga mengakui, produk berisiko rendah seperti produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dan rokok elektrik merupakan produk tembakau alternatif yang memiliki peran penting.

Dia juga menekankan bahwa, “Rute yang paling menguntungkan adalah dengan beralih ke produk kesehatan pengganti nikotin, seperti nikotin tempel dan permen karet. Namun, kami melihat ada kesempatan dari produk elektronik pengantar nikotin dan rokok elektrik yang mempunyai potensi sebagai alat pengantar yang layak untuk orang dewasa yang ingin mengakses nikotin.”

FDA sejak tahun lalu juga mengumumkan rencana komprehensif untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan membuat non-perokok untuk tidak merokok, serta membuat perokok dewasa memiliki akses ke produk yang lebih rendah risiko.

Tidak hanya FDA, Komite Toksisitas Inggris Raya dan Pusat Pengawasan dan Uji Tembakau Nasional Cina yang juga merupakan anggota dari Jaringan Laboratorium Tembakau WHO menunjukkan produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep Heat not Burn secara substansial mengurangi pembentukan senyawa berbahaya atau berpotensi 50-90 persen lebih rendah bahaya dibandingkan dengan rokok konvensional.

Menanggapi hasil penelitian tersebut, Dewan Penasihat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Jawa Barat yang juga merupakan pengajar di Departemen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Dr Ardini Raksanagara mengungkapkan, sudah seharusnya Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok ketiga terbesar di dunia melihat produk tembakau alternatif sebagai inovasi dan solusi untuk menurunkan jumlah perokok dan menyelamatkan jutaan jiwa.

“Sudah ada banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko lebih rendah. Sudah ada Inggris, Selandia Baru, Rusia, Cina dan sekarang diperkuat oleh FDA yang mana kita ketahui merupakan lembaga yang paling ketat dalam peraturan kemudian menyatakan hal serupa. Hasil penelitian tersebut bukan main-main, ini ada dasar ilmiahnya dan bisa dipertanggungjawabkan,” ucap Dr  Ardini dalam keterangan yang diterima, Rabu (25/4/2018).

“Sekarang tinggal pemerintah sebagai regulator untuk melihat dan mempelajari secara seksama inovasi dari produk tembakau alternatif. Syukur-syukur jika akhirnya juga dilakukan penelitian di Indonesia untuk mengetahui hasilnya secara lebih jelas lagi, sehingga kemudian dapat merumuskan kebijakan yang terarah,” katanya.

Lebih lanjut, Dr Ardini memaparkan bahwa ada banyak jiwa yang harus diselamatkan segera dari asap rokok. Tidak hanya nyawa, pemerintah pun dapat terkurangi bebannya dalam pengeluaran biaya pengobatan untuk perokok yang jumlahnya sangat besar setiap tahunnya.

“Inovasi terkadang memang sulit untuk dapat langsung diterima. Tetapi saya yakin dengan dukungan semua pihak yang diperkuat dengan hasil-hasil penelitian yang membuktikan produk ini lebih rendah risiko, saya berharap pemerintah tidak lagi menutup mata terhadap potensi ini dan mau membuka diri untuk mempelajari potensi ini,” tutup Dr. Ardini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini