Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menggelar seminar kesehatan awam bertajuk “Pencegahan Masalah Akses Vaskular pada Pasien Gagal Ginjal" di Grand Pasific Restauran & Convention Hall, Yogyakarta, Minggu (6/5/2018).
Bekerja sama dengan Fresenius Medical Care Indonesia, seminar ini ditujukan untuk mengedukasi masyarakat terkait tindakan medis untuk pasien ginjal.
Ketua KCPDI Tony Samosir mengatakan setiap pasien yang menjalani terapi hemodialisa atau cuci darah, memerlukan akses vaskular.
Akses vaskular merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memasuki pembuluh darah.
Baca: Bisa Ditiru! Dewi Sandra Amalkan Sunah Rasul, Hasilnya Wajah Terlihat Cerah, Badan Pun Sehat
"Akses bagi pasien cuci darah begitu sangat penting bagi keberlangsungan hidup pasien, dimana beberapa waktu yang lalu seorang pasien cuci darah akhirnya meninggal karena tidak memiliki akses untuk tindakan baik A-V Shunt (Penyambungan Arteri Vena), CDL (Catheter Double Lumen) maupun Femoral," terangnya.
AV Shunt adalah sebuah tindakan pembedahan kecil di lengan yang menghubungakan langsung antara pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri.
Dokter spesialis vaskular, Supomo menjelaskan AV Shunt (=AV Fistula = Cemino) merupakan akses utama dan permanen untuk tindakan hemodialisa.
"Sebaiknya pemasangan akses AV Shunt dibuat dilengan kiri yang jarang digunakan untuk bekerja. Agar AV Shunt berhasil terbentuk, maka tangan kiri tidak boleh di suntik untuk pengambilan sampel darah, tidak terdapat edema, tanda-tanda infeksi maupun tidak ada hematom (gumpalan darah)," ujarnya di hadapan 170 peserta.
Dosen yang mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini menerangkan akses ini akan siap dipakai untuk tindakan cuci darah setelah 4-6 minggu operasi. Lengan yang digunakan untuk cuci darah pun tidak boleh tertekan dalam waktu yang lama.
"Saat tertidur juga perlu diperhatikan. Dan yang paling penting menjaga tekanan darah, jangan terlalu tinggi dan pula jangan terlalu rendah," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Clinical Resource Specialist dari Fresenius Medical Care Indonesia, Hertati Purwanto meminta pasien untuk aktif berkomunikasi dengan perawat agar dilakukan pemeriksaan desiran akses AV Shunt.
“Bila desirannya mengecil, harus rajin berlatih meremas bola tenis yang telah dibagi dua agar akses AV Shunt tidak mati dan berfungsi dengan baik untuk pencapaian adekuasi dalam proses hemodialisa,” kata dia.