"Bingungnya ya sudah dirawat sejak 8 Juni tapi masih koma. Lalu, kami juga bingung masalah biaya," kata Apit.
Selama dirawat di PICU RSHS, Arya sudah menjalani lima kali pengobatan plasmapheresis tapi belum ada tanda-tanda dia akan terbangun dari komanya.
"Padahal biasanya, dua kali plasmapheresis orang yang terkena GBS akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, tapi ini belum. Dokter juga bilang semoga ada keajaiban dari Allah," ujar Apit dengan nada suara pelan.
Saat ini, mereka sedang mengalami kendala biaya selama di rumah sakit.
Apit mengatakan, jika ditotalkan dari hari pertama masuk hingga saat ini, dia harus membayar lebih dari Rp 150 juta untuk pengobatan anaknya.
Rinciannya, biaya plasmapheresis sebesar Rp 50 juta, biaya obat-obatan dari depo sebesar Rp 50 juta, dan biaya ruang PICU selama 25 hari kurang lebih sebesar Rp 62 juta.
Padahal, Apit sehari-hari bekerja sebagai guru honorer SMP MTS di Bandung sedangkan Yani adalah ibu rumah tangga.
3. Arya Dikenal Aktif dan Lincah
Arya dikenal sebagai anak yang aktif dan lincah.
"Arya itu anaknya sangat aktif, enggak mau diam. Maceuh lah istilahnya, paling aktif kalau di antara teman-teman lainnya," ujarnya saat ditemui Tribun Jabar.
Tak hanya dikenal aktif di lingkungan bermainnya, Arya juga rupanya aktif di sekolahnya, SDN Pangguh.
Dari 25 siswa yang ada di kelas satu, Arya mendapatkan peringkat keenam.
"Padahal kalau dibandingkan yang lain, umur Arya itu masih tergolong paling muda. Yang lain tujuh tahun, Arya masih enam tahunan," kata Apit dengan nada suara pelan.
Yani kemudian menimpali, di sekolahnya, Arya juga pandai berhitung dan membaca.
"Pandai berhitung, membaca. Terus, pandai mengaji juga. Mengajinya lancar dan rajin," kata perempuan berkerudung itu.
Apit dan Yani pun berharap, anaknya itu dapat segera sembuh dari penyakit yang dideritanya. (Tribun Jabar, Yongky Yulius)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Fakta-fakta Seputar Arya, Bocah Aktif yang Kini Koma Belasan Hari karena Terserang Penyakit GBS,