Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Scoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh berupa lengkungan tulang belakang.
Penyakit tersebut bisa dialami orang dewasa, bahkan anak-anak.
Untuk kasus pada anak-anak, scoliosis dapat berubah menjadi kondisi yang serius seiring pertumbuhannya.
Kelainan tulang belakang ini juga bisa terjadi pada orang dewasa yang tidak memiliki sejarah scoliosis, hal itu karena degenerasi pada tulang belakang serta bertambah tuanya usia.
Jika scoliosis terdeteksi lebih awal, maka pasien dapat menghindari gejala-gejala yang lebih parah.
Namun bila dibiarkan tanpa mendapatkan penanganan atau perawatan sebelumnya, maka perlu ada tindakan dalam kasus scoliosis ini.
"Deteksi scoliosis secara akurat dan dini penting untuk dilakukan," jelas Konsultan Ahli dari Klinik Scoliosis Care Dr. dr. Ninis Sri Prasetyowati, Sp. KFR,
Deteksi dini soilosis bisa dilakukan terhadap sejumlah organ tubuh, yakni tulang bahu, pinggang dan pinggul.
Hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah ada tonjolan pada bagian-bagian itu.
"Dengan cara mengecek dari belakang apakah ada tonjolan pada tulang bahu, pinggang dan pinggul yang memiliki kurva tidak seharusnya," kata Ninis.
Scoliosis bisa disebabkan sejumlah faktor, termasuk diantaranya faktor genetik dan kebiasaan mengangkat beban berat.
Dalam seminar yang digelar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018),menyebutkan beberapa faktor yang menjadi pemicu munculnya penyakit tersebut.
Mulai dari faktor genetik hingga kebiasaan buruk membawa barang berat yang bertumpu dan memberikan beban tidak seharusnya pada tulang belakang.
"Scoliosis dapat terjadi karena faktor genetik, kelainan kongenital atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis, dan habitual atau kebiasaan dalam membawa barang berat," ujar Ninis.
Baca: Tak Merasakan Sakit, Ternyata Cynthia Derita Kelainan Tulang Belakang, Kini Sembuh Tanpa Operasi
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemeriksaan dilakukan sejak usia dini untuk mencegah munculnya penyakit yang banyak menyerang kaum wanita itu.
Saat ini, penyakit itu bisa ditangani menggunakan terapi non-operasi, satu diantaranya melalui penggunaan alat penunjang tubuh (brace).
Penggunaan brace merupakan salah satu terapi non-operasi selain observasi, latihan fisik, terapi alternatif dan komplementer.
Alat tersebut diyakini bisa memperbaiki struktur tulang belakang pasien scoliosis, tanpa melakukan operasi.
Namun hal itu tergantung pada usia dan seberapa parah bentuk kurva penderita tersebut.
Pemakaian brace juga pada umumnya membutuhkan waktu sekira 2 tahun untuk bisa mengembalikan posisi tulang pada posisi normal.