Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak masyarakat mengenal stunting sebagai kondisi ketika anak terhambat pertumbuhan fisiknya sehingga menjadi pendek atau kerdil.
Padahal, masalah kesehatan ini juga berkaitan dengan perkembangan otak yang tak maksimal, sehingga mengurangi kemampuan mental dan kognitif anak.
Hal ini dijelaskan oleh dokter spesialis anak dan pegiat laktasi, Utami Roesli dalam Seminar Kesehatan Hari Anak Nasional 2018 di kantor BKKBN, Jakarta Timur, Rabu (1/8/2018).
"Stunting itu bukan hanya pendek, tapi juga tak pandai. Anak (menderita) stunting sel-sel otaknya lebih lambat ukurannya lebih kecil. Ibarat listrik itu banyak konsletnya," kata Utami.
Ia melanjutkan, faktor penyebab langsung stunting adalah kurangnya asupan gizi dan terjadinya infeksi pada tubuh anak.
Baca: ASI Tak Bisa Tergantikan oleh Susu Formula
Menurut Utami, air susu ibu (ASI) berperan penting untuk mencegah masalah stunting. ASI eksklusif (pemberian ASI 100 persen pada bayi usia 0-6 bulan) sangat penting untuk memenuhi gizi anak.
"Anak yang berpotensi stunting bisa sudah diketahui dari sejak usianya di bawah 2 tahun, bahkan di bawah 6 bulan. Untuk itu, memantau perkembangan anak sejak lahir sangat penting dilakukan," jelasnya.
"Ibu sudah harus memenuhi kebutuhan gizi anak sejak awal masa kehamilan atau yang dinenal dengan konsep 1.000 hari pertama kehidupan anak. ASI eksklusif menjadi yang terpenting diberikan," imbuhnya.
Utami mengatakan, pencegahan stunting perlu dilakukan sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.
"Kalau ibu sehat, janin sehat, bayinya jika diperhatikan pertumbuhannya juga akan sehat. Stunting bisa diintervensi dengan ASI, tapi lebih baik juga dicegah dengan cara memperhatikan asupan gizi ibu sejak mengandung," pungkasnya.