Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MICHIGAN - Para peneliti saat ini sedang mempelajari protein signaling berlebihan terkait kepekaan terhadap sinar ultraviolet (UV) pada pasien yang menderita penyakit lupus.
Sangat sensitifnya para penderita lupus terhadap sinar matahari, memaksa mereka untuk mengoleskan tabir surya dan itu menyebabkan resiko terjadinya ruam yang cukup parah.
Sehingga efeknya bisa meninggalkan bekas luka permanen pada kulit si penderita.
Ini merupakan kenyataan yang tidak menguntungkan bagi banyak orang dengan penyakit tersebut.
Dilansir dari laman Sciencedaily, Kamis (2/8/2018), sebanyak 60 persen pasien dengan penyakit autoimun, memiliki tingkat kepekaan terhadap sinar ultraviolet.
Suatu kondisi yang disebut sebagai fotosensitifitas ini dapat menyebabkan peradangan kulit atau flare up berbagai macam gejala lupus, seperti nyeri sendi dan kelelahan.
Untuk beberapa pasien, bahkan cahaya dari sebuah mesin fotokopi saja sudah cukup memicu karakteristik ruam merah pada kulit mereka.
"Studi tentang aspek fotosensitifitas lupus, telah menunjukkan korelasi besar antara bagaimana seseorang bisa sensitif dan bagaimana pula kualitas hidup mereka," kata J Michelle Kahlenberg, MD, Ph.D, Asisten Profesor Kedokteran Internal di divisi Rheumatologi di Michigan.
Ia bersama tim peneliti multidisiplin berusaha membuka misteri di balik reaksi ini.
Temuan mereka pun telah dipublikasikan dalam versi online berjudul 'Annals of the Rheumatic Diseases'.
Pekerjaan mereka adalah membangun penelitian selama satu dekade yang berfokus untuk meneliti kaitan antara protein yang disebut interferon dan lupus itu sendiri.
Interferon dilepaskan oleh sel sebagai tanggapan atas invasi, biasanya ini dipicu oleh virus, interferon ini juga dapat diaktifkan oleh bakteri dan ancaman eksternal lainnya.
Protein interferon itu akan memperingatkan sel lain untuk meningkatkan pertahanan mereka, dan fungsi tersebut ada pada semua orang, tidak hanya pada penderita lupus saja.
"Interferon sangat sulit diukur, namun kami tahu mereka mengalami peningkatan pada sebagian besar pasien lupus," kata Kahlenberg.
"Dalam percobaan ini, kami mulai untuk melihat mana yang ada di kulit pasien,".