Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Penyakit HIV dan AIDS mulai diakui ada dan mengancam kehidupan sejak sekitar tahun 1980-an. Namun saat itu perawatan terhadap para penderitanya masih minim.
Obat untuk penyembuhan HIV hingga kini belum ada, tetapi ada beberapa yang dilakukan untuk memperpanjang umur para pengidap HIV/AIDS dan membantu menghentikan penularan virusnya.
Kalau saatini ada terapi yang banyak digunakan misalnya antiretroviral yang sangat bisa memperlambat perkembangan penyakit yang disebabkan oleh HIV.
Tetapi semua perawatan tersebut membutuhkan biaya yang besar, terlebih tidak semua obat HIV tersedia dalam bentuk generik.
Dilansir dari healthline.com beberapa obat seperti Etravine (Intelence) harganya di kisaran 1.268 dolar AS atau sekitar Rp 18 juta untuk 60 kapsul dengan dosis 200 gram fungsinya untuk mengurangi virus HIV.
Baca: RedBus: Orang Indonesia dan India Punya Kemiripan, Sama-sama Senang Pelesiran Naik Bus
Ada juga jenis obat Efavirens yang harganya di kisaran 1.031 dolar AS Rp 14 juta, dan untuk generiknya Rp 3,9 juta isi 90 kapsul, 200 gram yang fungsinya mengurangi risiko terkena komplikasi HIV seperti kanker.
Kemudian ada juga yang termahal jenisnya enfuvirtida yang dijual 3.558 dolar AS atau di kisaran Rp 50 juta dan tidak ada obat generiknya, berisi 60 tablet.
Baca: Julie Estelle Dikabarkan akan Segera Lanjutkan Karir ke Hollywood
Paling murah ritonavir yang dijual 263 dolar AS atau sekitar Rp 3,7 juta berisi 30 kapsul yang fungsinya untuk kekebalan tubuh.
Adapun faktor yang mempengaruhi harga obat HIV adalah ketersediannya termasuk karena lokasi pembuatan obat yang jauh dan perubahan harga obat.
HIV merupakan penyakit tang merusak sistem kekebalan tubuh dan membunuh sejumlah sel dalam tubuh. Penyakit ini bisa menular melalui darah, ASI, berhubungan seks dan tidak menular lewat udara, air atau hanya melakukan kontak biasa dengan pengidap seperti tatapan mata atau bersalaman.