TRIBUNNEWS.COM - Psikopat merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan beberapa ciri, antara lain perilaku antisosial, tidak memiliki empati, dan memiliki temperamen yang sulit diprediksi.
Psikopat amat pandai berpura-pura dan tindakan yang dilakukannya bisa merugikan orang lain.
Gejala gangguan kepribadian antisosial ini bisa muncul sejak anak-anak. Umumnya gejala akan kian jelas pada usia antara 20 hingga 30 tahun.
Pada anak-anak, gejala yang muncul bisa berupa perilaku kejam terhadap hewan, marah yang meledak-ledak, tidak mau bergaul, dan suka mengintimidasi atau melakukan ‘bullying’ terhadap teman-temannya.
Pada kasus tertentu, buruknya prestasi sekolah bisa menjadi tanda-tanda awal psikopat.
Baca: Jelaskan Soal Perceraiannya Pada Gempita, Gading dan Gisel Minta Bantuan Psikolog Anak
Penyebab pasti psikopat tidak bisa diidentifikasi secara pasti. Gangguan ini diprediksi timbul karena pengaruh genetik dan pengalaman traumatis masa kecil.
Disimpulkan demikian, karena sebagian besar yang psikopat ditemukan, jika ditelurusi latar belakang keluarganya, biasanya tumbuh di dalam keluarga yang tidak harmonis.
Ketidakharmonisan tersebut bisa dalam bentuk adanya pelecehan dan penelantaran anak, orangtua yang kecanduan alkohol, atau perkelahian/perseteruan orangtua.
Baca: Siska Icun Sulastri Janjikan Rp 2 Juta Sebelum Dibunuh, Temui Pelaku di Kolam Renang
Psikopat sendiri lebih sering ditemukan pada kaum pria dibandingkan perempuan. Bagaimana cara untuk mengetahui seseorang adalah seorang psikopat?
Tampaknya tim peneliti dari Universitas Cardiff dan Universitas Swansea di Inggris memiliki jawaban secara spesifik
Mengutip news.com.au, dalam sebuah penelitian para peneliti menunjukkan gambar buruk seperti gambar anjing yang galak sampai potongan tubuh yang dimutilasi.
Dari situ, tim peneliti melihat reaksi apakah ada perbedaan respon pada mata seorang psikopat dan bukan psikopat.
Baca: Kemacetan Penyebab Pengguna Jalan Tempramen
Nyatanya, seorang psikopat tidak menunjukkan pembesaran pupil, sementara yang bukan psikopat mengalami pembasaran pupil.
Penulis utama penelitian, Dr Dan Burley, dari Sekolah Psikologi Cardiff University, mengatakan temuan ini memberikan bukti fisik bahwa seorang psikopat memiliki empati yang lebih sedikit daripada seharusnya.
Pembeda psikopat dari manusia normal adalah dasar moral atau hati nurani. Psikopat dikenal sebagai orang yang tidak memiliki hati nurani atau empati, sehingga tindakan yang dilakukan dapat merugikan orang lain.
"Pupil sudah lama dikenal sebagai indikator gairah seseorang. Pupil juga biasanya melebar ketika sebuah gambar mengejutkan atau membuat kita takut," katanya.
Senada dengan Dr Dan Barley, Profesor Nicola Gray, seorang psikolog klinis dan forensik dari Universitas Swansea juga mengatakan bahwa hasil penelitian ini merupakan bukti objektif, fisiologis, dari adanya defisit emosional yang mendasari perilaku menyimpang para psikopat tanpa harus bergantung pada metode invasif atau peralatan yang mahal.
"Kami berharap dapat mengembangkan metodologi ini untuk membantu penilaian klinis dan intervensi pada pelaku," kata Profesor Gray.
Menariknya, hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa mata seorang psikopat juga akan tetap sama ketika disajikan gambar positif seperti anak anjing atau pasangan bahagia.
Hal itu membuat para peneliti menyimpulkan bahwa ini bukan hanya tentang kurangnya emosi tetapi juga rasa kurang sensitif terhadap informasi yang mengancam.
Tetapi meskipun para psikopat kurang responsif terhadap ancaman dan hukuman, mereka sendiri dipercaya dapat mengidentifikasi wajah bahagia.
"Kurangnya emosi para psikopat, seperti kecemasan dan ketakutan, membantu mereka untuk tetap tenang dalam situasi yang menakutkan," tutupnya lagi.
Pemeriksaan menyeluruh akan dilakukan bila seseorang berindikasi psikopat.
Pemerikaan ini harus hati-hati dan lengkap, karena dalam kehidupan sehari-hari, psikopat bisa saja tampil normal dan tak menonjol.
Mereka bisa memiliki profesi tetap selayaknya manusia normal. Namun, jika memiliki tanda-tanda yang mencurigakan ke arah gangguan kepribadian, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.(*)