TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Istilah kelainan tulang belakang, sebagian besar disebabkan degeneratif atau bertambahnya usia.
Namun ternyata beberapa gaya hidup masa kini juga membuat kelainan tulang belakang itu muncul di usia muda.
Ada beberapa kelainan tulang belakang yang sudah diketahui masyarakat luas. Misalnya lordosis, skifosis dan Skoliosis.
Dr dr Wawan Mulyawan SpBS(K), SpKP menjelaskan, skoliosis adalah kondisi medis di mana tulang belakang manusia dilihat dari belakang akan tampak meIengkung ke kiri atau ke kanan.
Kurva lengkungnya biasanya berbentuk "S' atau 'C' sedikitnya 10 derajat.
Dalam beberapa kasus lengkungan ini bersifat stabil.
Sementara dalam beberapa kasus Iain derajat lengkungannya bisa meningkat seiring waktu.
Skoliosis ringan biasanya tak menyebabkan masalah, namun kasus berat bisa membuat penderita mengalami masalah pernafasan.
Meski penderita mungkin tak merasakan nyeri tertentu.
Skoliosis bisa disebabkan banyak sebab.
Misalnya kongenital, terjadi saat periode perkembangan janin. SkoIiosis juga bisa disebabkan oleh keturunan atau genetik, panjang kaki yang berbeda, cedera, infeksi atau tumor serta kebiasaan yang salah.
Ia mengatakan, kebiasaan anak muda yang pergi ke ke pusat kebugaran untuk melakukan olahraga untuk mendapatkan berat badan dan tubuh atletis bisa jadi menyebabkan bertambahnya risiko kelainan tulang belakang.
Misalnya karena ingin cepat mendapatkan bentuk tubuh ideal secara instan, langsung mengangkat beban.
"Belum waktunya otot kuat mengangkat beban tapi dipaksakan. Jarang olahraga, jarang gerak, olahraga hanya di gym saja. Tiba-tiba langsung angkat beban. Bisa menyebabkan bantalan tulang pecah sehingga menyebabkan kelainan tulang belakang di usia muda," kata dokter Wawan saat talkshow bersama media tentang Endoskopi PECD, Teknologi Terbaru Untuk Bebas Nyeri Leher Karena HNP di Rumah Sakit Meilia Cibubur, Kamis (14/2/2019).
Dokter Wawan mengatakan, gaya hidup jarang gerak, duduk di mobil yang empuk, sofa empuk sampai kasur yang empuk membuat otot lebih kembek.
Kekuatan otot sangat dipengaruhi tulang dan bantalan tulang. Sementara tulang tidak dibiasakan aktif.
Bandingkan zaman dulu dimana kasur saja berupa dipan yang keras, begitu juga kursinya.
Mereka juga terbiasa aktif. Ditambah lagi terbiasa terkena sinar matahari.
Karena otot, tulang serta bantalan tulang orang zaman sekarang yang lebih lemah daripada zaman dahulu, sebelum niat membentuk otot, sebaiknya harus dilatih dulu beberapa saat. Jangan langsung angkat beban.
Gejala kelainan tulang belakang
Menurut dokter Wawan, bila tulang belakang sudah mengalami kelainan, pasien mungkin merasakan tinggi bahu atau panggung kiri dan kanan yang berbeda.
Merasa kebas, Iemah atau sakit di kaki, sulit berjalan atau berdiri tegak, lelah, sesak nafas dan merasa terjadi penyusutan tinggi badan.
Setelah berbagai pemeriksaan, dokter akan memberikan alternatif tindakan berdasarkan beberapa faktor penentu.
Misalnya lokasi Iengkungan, derajat lengkungan, rasa nyeri, sesak nafas atau jenis kelamin.
Beberapa alternatif yang mungkin bisa dilakukan mulai dari sekadar observasi, non-bedah seperti penggunaan korset atau tindakan pembedahan.
Obsevasi dilakukan jika lengkungan termasuk kategori ringan.
Untungnya ini terjadi hampir pada 90 persen kasus Skoliosis.
Sementara jika lengkungan antara 20-40 derajat dokter mungkin akan menganjurkan penggunaaan korset (brace).
"Saat ini banyak dijual secara luas baik apalagi secara online korset yang konon bisa membuat penggunanya memiliki postur lebih tegak. Sebaiknya hati-hati karena tidak ada korset untuk tulang belakang yang dibuat secara universal. Pemeriksaan dan pengukuran oleh dokter ahli sangat diperlukan untuk semaksimal mungkin mengembalikan tulang punggung ke bentuk normal," tegasnya.
Jika kondisi Skoliosis yang diidap pasien lebih berat pembedahan untuk koreksi tulang belakang, mungkin akan sangat diperlukan.
Selama pembedahan monitoring dan evaluasi juga terus menerus dilakukan khususnya untuk pembiusan dan monitoring saraf.
Evaluasi pasca operasi akan dilakukan khususnya agar saraf sensorik, motorik dan otonom semua bisa berfungsi usai pembedahan.
(Lilis Setyaningsih)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Hati-hati, Ini Kebiasaan yang Membuat Terjadinya Kelainan Tulang Belakang