TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA - Titi Wati, penderita obesitas dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah mengaku bosan menjalani diet ketat paskaoperasi bariatrik.
Diet ketat dengan pengawasan tim medis RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya pun harus dijalani Titi Wati.
Titi Wati yang sangat hobi mengonsumsi gorengan dan es harus melupakan kudapan favoritnya.
Selama di rumah Titi Wati hanya diberikan tahu dan telur .
Menunya kemudian diganti dengan bubur dan buah.
Herlina, anaknya mengatakan, selama tiga minggu ini dia memberikan makan untuk ibunya sesuai dengan yang ditentukan oleh dokter.
Pada minggu pertama hanya diberikan tahu dan telur tiga kali sehari semalam, kemudian dalam dua minggu ini diberikan bubur dan buah semangka, serta pepaya.
Baca: Turunkan Berat Badannya, Titi Wati Penderita Obesitas Angkat Barbel, Saat Ditimbang Berkurang 13 Kg
"Mamah itu makan hanya tiga kali sehari, itupun sering kenyang sehingga makanan yang diberikan sering tidak dihabiskan, karena setelah operasi pengecilan lambung makanan susah masuknya, perutnya kenyang duluan," ujarnya.
Titi mengatakan, dia memang kadang bosan memakan makanan yang dianjurkan dokter.
Lebih dari sebulan menjalani diet tersebu, rasa bosan melanda Titi Wati.
Titi Wati pun terkadang curi-curi, memakan makanan lainnya di luar menu yang dianjurkan tim medis.
Kerupuk dan ikan asin yang merupakan makanan kesukaanya sebelum operasi dilakukan, kembali dimakan oleh Titi Wati.
Baca: Seorang Bocah di New York Meninggal Saat Menghirup Aroma Ikan Asin, Ini Penjelasan Ahli Alergi
Pihak Dokter RS Doris Sylvanus Palangkaraya, terus berupaya menurunkan berat badan Titi Wati meski pencapaian penurunan berat badannya belum signifikan, namun pihak dokter terus berupaya membantu titi dalam menurunkan berat badannya.
"Kami terus berupaya membantu, dengan menu yang kami sarankan, tetapi memang titi, ternyata terkadang bosen dengan menu yang ada dan makan krupuk serta ikan asin yang tidak dianjurkan, sehingga kami nasehati dia agar tidak lagi makan-makanan tersebut," ujar dokter Thedorus Sapta Atmadja, Wadir RS Doris Sylvanus Palanngkaraya.
Adakah Manfaat Ikan bagi Kesehatan?
Ikan asin memang kerapkali dijadikan pembangkit selera makan.
Makanan ini sudah sejak lama menjadi kegemaran masyarakat Indonesia, baik itu dicampur nasi uduk, nasi goreng, dan nasi putih.
Namun, di balik rasanya yang gurih dan lezat, adakah manfaat mengonsumsi ikan asin bagi kesehatan?
Ikan asin dapat dibuat dari aneka jenis ikan, seperti gabus, peda, dan tenggiri.
Proses pengawetannya pun dibuat dengan menggunakan garam dalam jumlah yang banyak sehingga dapat disimpan di suhu ruangan selama berbulan-bulan.
Kandungan gizi pada ikan
Ikan mengandung banyak nutrisi bergizi tinggi, seperti protein, vitamin, mineral dan asam lemak omega 3, tergantung jenisnya. Ikan yang berlemak (seperti salmon, tuna, sarden atau mackerel) mengandung asam lemak omega 3 yang lebih tinggi. Asam lemak omega 3 ini diperlukan untuk tubuh dan otak dapat berfungsi dengan baik.
Untuk itu, guna memenuhi kebutuhan omega 3 Anda, dianjurkan untuk makan ikan berlemak paling tidak 1-2 kali per minggu. Bahkan menurut studi yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition, makan 1 porsi ikan minimal 1 kali per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung hingga 15 persen.
Namun kandungan gizi ikan juga dapat berpengaruh dari cara pengolahan maupun penyajiannya.
Baca: Bisa Duduk Usai Operasi Pemotongan Lambung, Pola Makan Titi Wati Diatur, Tanpa Gorengan, Ini Menunya
Seperti penelitian yang dilansir oleh American Heart Association, melaporkan bahwa agar kandungan asam lemak omega 3 (yang baik untuk jantung) tetap optimal bisa diperoleh jika ikan tersebut dimasak dengan cara direbus ataupun dikukus dibandingkan dengan cara digoreng, dikeringkan, maupun diawetkan.
Dilansir Klikdokter, proses pengolahan dengan cara digarami dan dikeringkan seperti pada ikan asin akan mengurangi gizi dan nutrisi yang terkandung dalam ikan secara drastis.
Ikan asin bisa tingkatkan risiko penyakit
Selain itu, satu penelitian yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan, ikan asin (dan makanan lain yang diasinkan) tinggi kadar sodium.
Hal ini justru dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Penelitian ini dilakukan di Jepang pada 80.000 pria dan wanita yang mengonsumsi makanan yang diasinkan (termasuk ikan asin).
Hasilnya, responden yang banyak mengonsumsi makanan yang diasinkan (tinggi sodium) dapat mengalami peningkatan risiko penyakit jantung hingga 20 persen.
Garam memang dibutuhkan untuk tubuh agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Namun, konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Untuk itu, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), menganjurkan untuk tidak mengonsumsi garam melebihi 5 gr setiap harinya.
Namun pada ikan asin, proses pengawetan menggunakan garam di atas ketentuan. Meski jumlah garam yang dibutuhkan berbeda-beda (tergantung cara pengawetannya), untuk ikan asin yang diolah dalam kemasan, biasanya membutuhkan sekitar 30 kg garam per 100 kg ikan.
Selain penyakit jantung, penelitian tersebut juga menyebutkan adanya peningkatan risiko kanker pada responden yang banyak mengonsumsi ikan asin dan makanan yang diasinkan lainnya.
Hal ini diduga karena adanya kandungan bahan karsinogen (pencetus kanker), N-nitroso yang terkandung dalam ikan asin dan makanan yang diasinkan lainnya. Bahan karsinogen ini terbentuk dari pengawet nitrat atau nitrit.
Anda penggemar ikan asin? Sebaiknya mulai sekarang kurangi dan batasi konsumsi ikan asin jika tak ingin risiko berbagai penyakit termasuk risiko tekanan darah tinggi dan sakit jantung meningkat. Sebaiknya, konsumsilah ikan dengan cara dikukus dan direbus jika ingin merasakan manfaatnya untuk kesehatan.
Ditimbang, Berat Badan Titi Wati Berkurang
Titi Wati, penderita obesitas terus berupaya menurunkan bobot tubuhnya yang sempat mencapai 220 kilogram.
Warga Jalan George Obos XXV Kelurahan Menteng Kecamatan Jekanraya, Kota Palangkaraya, Jumat (15/3/2019) sudah menjalani operasi bariatrik atau pengecelan lambung di RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Apakah sudah ada hasilnya?
Badannya sedikit menurun hingga mencapai 207 kilogram dua bulan paskaoperasi bariatrik.
Ini diketahui setelah Titi Wati menjalani penimbangan berat badannya, belum lama ini.
Turunnya berat badan Titi Wati tak lepas dari usahanya.
Selain diet ketat mengikuti menu yang sudah ditetapkan ahli gizi dari RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Titi juga diminta banyak olahraga atau bergerak.
"Setiap hari saya disuruh ngangkat barbel yang ukuran satu sampai dua kilogram, agar bisa cepat turun berat badannya," ucapnya.
(banjarmasinpost.co.id/faturahman/klikdokter)