Hipoglikemia saat puasa merupakan hal yang sering ditemui jika pasien diabetes tidak diberikan pengarahan yang memadai mengenai manajemen diabetes yang tepat selama puasa.
Oleh karena itu, idealnya, tiap pasien DMT2 sebaiknya berkonsultasi dengan dokter 2-3 bulan sebelum bulan Ramadhan untuk mendapatkan persiapan sebelum puasa yang memadai dan mendapatkan rekomendasi manajemen diabetes yang tepat selama bulan puasa dan saat Hari Raya Lebaran.”
Dokter Spesialis Endokrinologi RSCM, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD-KEMD mengatakan, setidaknya setengah dari 20 juta orang Indonesia dengan diabetes melaksanakan puasa di bulan Ramadan.
Untuk mencegah risiko hipoglikemia pada penyandang diabetes yang besar tersebut, berikut beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan kompleksitas diabetes, yaitu riwayat hipoglikemia pada pasien, multi morbiditas, yaitu riwayat penyakit lain yang dapat berdampak pada penanganan.
Kemudian farmakoterapi, yaitu obat-obatan yang pernah diminum sebelumnya, profil pasien meliputi gaya hidup dan sosio ekonomi, sistem kesehatan terkait kebijakan publik, penanganan kesehatan, dan sebaran informasi.
"Dengan mengacu pada faktor-faktor risiko tersebut, dokter dapat memberikan anjuran pada pasien dalam mengelola penyakit diabetes selama bulan Ramadhan,” katanya.
Adapun gejala hipoglikemia mulai dari tingkat rendah hingga berat adalah sebagai berikut :
· Gejala hipoglikemia tingkat rendah (kadar glukosa 60-70 mg/dl) yaitu jantung berdebar, gemetar, lapar, keringat dingin, cemas, dan lemas.
· Gejala hipoglikemia tingkat sedang (kadar glukosa 50-60 mg/dl) yaitu pasien mengalami perubahan perilaku, kesulitan mengontrol emosi dan konsentrasi, serta kebingungan.
· Gejala hipoglikemia tingkat berat (kadar glukosa <50 mg/dl) yaitu kehilangan kesadaran, kejang, koma, gangguan fungsi pembuluh darah, inflamasi, gangguan pembekuan darah, gangguan irama dan kontraksi detak jantung yang berujung pada kematian.