Dalam Seminar Nasional III Pra-Munas Kagama bertajuk "Kesehatan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0" di Gedung Eks-DPRD Sulawesi Utara, Sario, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (19/9/2019), dia menjelaskan beberapa akar masalah yang ada yaitu implementasi desentralisasi bidang kesehatan, kurang tersebarnya institusi pendidikan, hingga sistem pembiayaan.
Menurut alumnus Fakultas Kedokteran UGM itu, salah satu solusi yang dapat diajukan adalah penggunaan teknologi informasi untuk mempermudah dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan.
"Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) dapat banyak berperan dalam pemerataan pelayanan kesehatan," ujar Krisnajaya dilansir Warta Kota, Jumat (20/9/2019).
Mengapa Kagama? Menurut Krisnajaya saat ini banyak kepala dinas kesehatan provinsi dan kabupaten atau kota yang merupakan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Kagama daerah dapat menjadi agen penghubung antara pemerintah daerah dengan Fakultas Kedokteran untuk mengadakan kerja sama (MoU) antara pemda dengan UGM, bahkan bisa untuk mencarikan lulusan SMA di daerah dan dipersiapkan agar dapat masuk UGM," ujarnya.
Krisna menambahkan, Kagama juga bisa menyediakan beasiswa bagi peserta didik dari daerah, serta memberi pelatihan digital bagi tenaga kesehatan.
Sulawesi Utara berdikari
Sementara itu, Asisten Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Edison Humiang menyebut pembangunan Sulut diarahkan pada Sulut berdikari ekonomi, berdaulat politik, dan berbudaya.
Di sektor kesehatan, pembangunan dititikberatkan pada pemantapan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkepribadian dan berdaya saing.
"Ini bertujuan untuk mewujudkan SDM yang sehat sebagai bagian dari perbaikan, salah satunya dengan terkendalinya kematian anak dan ibu yang melahirkan," ujar Edison.
Edison mewakili Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey yang berhalangan hadir. Pihaknya melanjutkan, Pemerintah Provinsi Sulut mendorong tersedianya fasilitas kesehatan, tenaga medis, terwujudnya infrastruktur dan fasilitas kesehatan dasar yang sesuai standar minimal kesehatan.
Ia juga getol mewujudkan terintegrasinya pola hidup yang sehat di Sulut dan terwujudnya akses kesehatan yang memadai dan berkualitas.
"Hasilnya menggembirakan, Angka Harapan Hidup (APH) meningkat. Tahun 2017 APH kita mencapai 71,02 tahun atau berada di atas rata-rata nasional yaitu 70,68 tahun," katanya.
Ia berharap capaian tersebut senantiasa ditingkatkan melalui upaya yang konstruktif. Melalui seminar tersebut, Edison menambahkan, pihaknya berharap dapat memberikan pemikiran dan kritik yang membangun dan selanjutnya diterapkan demi peningkatan derajat masyarakat Indonesia yang setinggi-tingginya.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Ketua Adinkes: Indonesia Hadapi Masalah Kesehatan dan Pemerataan Layanan Kesehatan
.