Jika Anda perlu waktu lama untuk duduk dan buang air besar (BAB) di toilet, mungkin Anda perlu mempertimbangkan posisi yang tepat agar 'panggilan alam' itu cepat rampung.
Topik ini mungkin kedengarannya remeh, tapi tidak bisa diremehkan sama sekali.
Seseorang rata-rata menghabiskan enam bulan dalam hidupnya untuk duduk di toilet guna membuang kotoran seberat 145 kilogram per tahun.
Itu artinya, bobot kotoran orang awam di seantero dunia lebih berat dua kali lipat dari boboh tubuh mereka setiap tahun.
Nah, karena topik ini relevan dengan hidup kita, mari cermati cara terbaik untuk BAB.
Baca: Pria Ini Membiarkan Tubuhnya Digigit Lebih dari 200 Ular Berbisa Selama 10 Tahun Terakhir
Baca: Misteri Pembunuhan Model Panas Thailand Mulai Terungkap, Diduga Diperkosa Temannya Saat Mabuk
Apakah Anda membaca selagi BAB di toilet?
Pada pertengahan abad ke-20, sekelompok dokter asal Eropa yang bekerja di pedesaan di Afrika terkejut ketika menemukan bahwa warga setempat amat jarang mengalami masalah pencernaan dan organ-organ pencernaan.
Bahkan, tren tersebut terjadi di sejumlah negara berkembang di seantero dunia.
Para dokter menduga hal ini bukan hanya perbedaan menu makanan, melainkan juga bagaimana penduduk di negara berkembang menghabiskan waktu untuk BAB dan, yang paling utama, posisi saat BAB.
Masyarakat Barat rata-rata menghabiskan waktu antara 114 hingga 130 detik saat duduk di toilet.
Namun, di beberapa negara berkembang—yang masyarakatnya berjongkok saat BAB—waktu yang dihabiskan cuma 51 detik. Praktik ini, menurut para pakar, lebih sehat.
Duduk di toilet menempatkan saluran anus manusia pada sudut 90 derajat, yang menyebabkan otot pada bagian bawah panggul menjepit usus besar.
Inilah mengapa sebagian orang yang memakai kloset duduk mengalami kesulitan BAB. Akibatnya, ada yang mengalami wasir, pingsan, hingga stroke.
Mengapa memakai kloset duduk?
Kloset duduk diperkirakan dipakai pertama kali sekitar 6.000 tahun lalu pada masa Mesopotamia Kuno.
Pada 315 Sesudah Masehi, Kota Roma punya 144 toilet umum. Bahkan acara-acara sosial digelar di kamar mandi yang luas.
Saat tim arkeologi menemukan sisa-sisa toilet umum berusia 2.000 tahun di Bukit Palatine di Roma, ada 50 lubang bersisian. Itu artinya, warga Roma pada masa tersebut bisa saling bertatapan saat mereka sedang BAB.
Kloset dengan penggelontor air diciptakan pertama kali oleh John Harrington, seorang abdi dalam kerajaan di Inggris. Dia menyebut perangkat temuannya, 'Ajax'.
Namun, perangkat ciptaan Thomas Crapper, seorang tukang ledeng asal Inggris, yang berhasil mengubah kebiasaan masyarakat Barat.
Perangkat bernama U-Bend yang diciptakan pada 1880 itu membuang kotoran di bawah kloset sehingga bau busuk kotoran dapat diblokir.
Kloset duduk kemudian menjadi perlambang peradaban Eropa.
Namun, kloset tersebut membuat beberapa hal kian sulit.
Risiko kesehatan
Kita semua mungkin pernah mengejan dengan susah payah saat BAB.
Ini kemungkinan karena sembelit, pencernaan yang buruk, atau masalah pencernaan lainnya.
Namun, banyak pakar menuding posisi ketika BAB di kloset duduklah penyebab masalah-masalah itu.
Pada pertengahan 1960-an, profesor Universitas Cornell bernama Alexander Kira menyebut kloset duduk sebagai "elemen paling tidak pas yang pernah didesain".
Dokter pribadi mendiang Elvis Presley pernah berspekulasi bahwa serangan jantung yang menewaskan 'Raja Rock 'n' Roll' itu disebabkan kepayahan ketika mengeluarkan kotoran keras dari pencernaan.
Cara sederhana
Jika Anda punya kloset duduk porselen di rumah, tidak perlu membuangnya.
Ada cara sederhana untuk memudahkan BAB.
Angkatlah lutut Anda dari sudut 90 derajat ke sudut 35 derajat.
Cara ini membantu Anda mengendurkan saluran pencernaan sehingga sudut yang mempertemukan usus besar dan rektum menjadi longgar.
Anda bisa melakukannya dengan menempatkan kedua kaki pada pijakan atau, jika darurat dan tidak ada pijakan, setumpuk buku tebal.